Wednesday, February 18, 2009

LATIHAN 2

* sEBUAH DILEMA KELUARGA

Dodi telah mengundang ibu dan ibu mertuanya untuk bertemu di rumahnya supaya dia dan istrinya dapat mengajak mereka makan malam di sebuah restoran di dekat situ. Karena hanya punya satu mobil, Dodi harus mengajak mereka semua bermobil menuju restoran itu. Tetapi, timbul beberapa masalah. Mobilnya adalah Fiat terbuka dengan dua tempat duduk, jadi dia hanya dapat membawa satu penumpang sekali jalan. Tambahan lagi, ibu mertuanya tidak terlalu cocok dengan ibunya, sementara hubungan istrinya dengan ibunya agak tegang, jadi dia tidak mungkin meninggalkan ibunya berduaan dengan istrinya maupun ibu mertuanya, baik di rumah maupun di restoran. Bagaimana dia dapat mengantar mereka ke restoran tanpa meninggalkan dua orang yang tidak saling menyukai itu berduaan? (Dia juga tidak bisa meninggalkan salah satunya di lokasi ketiga.)

Nasihat Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan: Pahami Aqidah Terlebih Dulu

Posted: 15 Feb 2009 10:47 PM CST

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan pernah ditanya:

“Pada masa-masa belakangan ini kita perhatikan para pemuda cenderung lalai dan malas mempelajari aqidah, enggan mendalaminya, dan sangat kurang mencurahkan perhatian mereka kepadanya. Mereka justru sibuk dengan urusan-urusan lain. Apakah nasihat Anda bagi para pemuda seperti mereka ini?”

Beliau menjawab: Saya menasihatkan kepada para pemuda dan kaum muslimin yang lainnya agar memberikan perhatian terhadap aqidah terlebih dulu sebelum segala sesuatu. Dikarenakan aqidah adalah landasan yang menjadi penopang tegaknya seluruh amal, untuk diterima atau ditolak. Apabila aqidah tersebut benar dan sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh para rasul ‘alaihimush shalatu was salam dan secara khusus bersesuaian dengan ajaran sang penutup para rasul yaitu Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua amalan itu akan diterima jika amal-amal tersebut ikhlas untuk mengharap wajah Allah ta’ala dan sesuai dengan syariat Allah dan rasul-Nya. Sedangkan apabila aqidah itu rusak atau sesat dikarenakan dibangun di atas sikap membebek dan taklid kepada nenek moyang dan leluhur semata, atau karena aqidah itu ternodai kesyirikan, apabila demikian maka amal-amal tersebut akan tertolak dan tidak akan diterima barang sedikitpun, meskipun pelakunya ikhlas dan benar-benar menginginkan wajah Allah subhanahu wa ta’ala. Hal itu dikarenakan Allah tidak akan menerima amalan kecuali apabila ikhlas untuk mengharap wajah-Nya yang mulia serta benar yaitu sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh sebab itu barang siapa yang menginginkan keselamatan bagi dirinya serta menghendaki amal-amalnya diterima dan sangat ingin menjadi seorang muslim yang sejati maka wajib baginya untuk menaruh perhatian besar terhadap masalah aqidah, yaitu dengan cara memahami aqidah yang benar serta hal-hal yang bertentangan dengannya, yang dapat membatalkannya dan bisa menggerogotinya, sampai dia bisa membangun amal-amalnya di atas aqidah tersebut. Dan hal itu tidak akan bisa dicapai tanpa mempelajarinya dari para ulama serta para pemilik pengetahuan yang mendalam yang mengambil ilmu tersebut dari kalangan pendahulu umat ini.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ketahuilah, sesunguhnya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah, dan minta ampunlah atas dosamu dan dosa kaum beriman yang lelaki maupun yang perempuan.” (QS. Muhammad: 19)

Bahkan Imam Al-Bukhari telah membuat sebuah judul bab khusus di dalam kitabnya di mana beliau berkata, ‘Bab Ilmu didahulukan sebelum ucapan dan perbuatan’. Dan beliau menyitir ayat yang mulia ini. “Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah,” di dalam ayat tersebut Allah subhanahu wa ta’ala memulai dengan ilmu sebelum ucapan dan perbuatan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi masa, sesungguhnya seluruh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, saling mewasiatkan dalam hal kebenaran dan saling mewasiatkan dalam kesabaran.” (QS. Al-’Ashr: 1-3)

Di dalamnya Allah menjanjikan keselamatan dari kerugian bagi orang yang memenuhi empat kriteria:

Kriteria pertama: iman, yang itu berarti memiliki keyakinan yang benar. Kriteria kedua: amal shalih serta ucapan yang shalih. Disebutkannya ucapan dan amal shalih sesudah iman merupakan gaya bahasa penyebutan kata yang khusus setelah kata yang bersifat umum; sebab amal adalah bagian dari iman, penyertaan ini bertujuan untuk menunjukkan agungnya kedudukan amal.

Kriteria ketiga: dan saling menasihati dalam kebenaran, yaitu mereka berdakwah ilallah, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar. Setelah mereka memperhatikan kepentingan diri mereka sendiri terlebih dahulu, dan setelah mereka mengerti jalan yang benar maka mereka pun kemudian mengajak orang lain untuk menjalani hal itu, sebab seorang muslim itu juga dibebani tugas untuk mendakwahi manusia kepada ajaran Allah subhanahu wa ta’ala, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar.

Dan mereka saling menasihatkan untuk menetapi kesabaran, inilah kriteria yang keempat, yaitu bersabar dalam menghadapi resiko lelah dan kesulitan dalam menjalani perkara tersebut. Tidak ada kebahagiaan bagi seorang muslim kecuali apabila dia telah merealisasikan keempat kriteria ini.

Adapun menaruh perhatian besar terhadap wawasan/tsaqafah umum dan berita-berita surat kabar dan juga ucapan-ucapan orang dan berbagai peristiwa di dunia, maka sesungguhnya hal itu boleh saja ditelaah apabila seorang insan telah benar-benar mewujudkan tauhid dan membenahi aqidah, barulah dia bisa melihat-lihat hal-hal tersebut dalam rangka mengenali kebaikan dan keburukan, atau dalam rangka memperingatkan umat dari kejelekan-kejelekan dan seruan-seruan kesesatan yang bertebaran di masyarakat. Akan tetapi hal itu dapat dilakukannya apabila dia telah mempersenjatai diri dengan ilmu, serta keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Adapun orang yang memaksakan diri menelaah persoalan dan berita koran semacam itu atau menyelami dunia politik namun dalam keadaan tanpa berbekal ilmu yang benar tentang aqidahnya dan tanpa bekal ilmu tentang ajaran agamanya, maka sebenarnya perbuatannya itu tidak akan bermanfaat baginya barang sedikitpun. Bahkan dia telah menyibukkan diri dalam suatu urusan yang tidak ada faedahnya baginya, dan dia tidak akan mampu membedakan mana yang benar dan mana yang batil.

Kebanyakan orang yang tidak mengerti aqidah dan terlalu mencurahkan perhatian mereka untuk mengurusi persoalan-persoalan semacam ini telah terjerumus dalam kesesatan dan bahkan menyesatkan orang. Mereka telah membuat pengaburan kepada manusia, hal itu terjadi karena sebenarnya mereka tidaklah memiliki ilmu dan keterangan yang bisa dipakai untuk memilah antara yang berbahaya dengan yang bermanfaat, mana yang harus diambil dan mana yang harus ditinggalkan serta bagaimanakah cara untuk mengatasi persoalan. Oleh sebab itu muncullah berbagai kejanggalan serta kekaburan pada kebanyakan orang. Itu semua terjadi disebabkan mereka menerjuni persoalan tsaqafah dan dunia perpolitikan sementara mereka tidak mempunyai bekal ilmu tentang aqidah mereka dan pemahaman yang bersumber dari ajaran agama mereka, sehingga akhirnya mereka menyangka suatu kebenaran sebagai kebatilan, dan sebaliknya; menyangka suatu kebatilan sebagai kebenaran.

Sumber: Al Muntaqa min Fatawa Al Fauzan, jilid 1, islamspirit.com

***

Penerjemah: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id

Lapangkan Hatimu Dalam Menerima Nasehat dan Kebenaran

Posted: 13 Feb 2009 10:15 AM CST

Di antara sebab tersebarnya kebatilan dan bertambah buruknya keadaan masyarakat adalah berbagai macam alasan yang diada-adakan oleh syaitan dan bala tentaranya demi melestarikan kemungkaran. Umat-umat terdahulu yang menentang dakwah para rasul pun demikian. Ketika para rasul itu menyeru mereka untuk mengesakan Allah dan taat kepada utusan-Nya, maka serentak muncullah berbagai dalih dan argumentasi mereka untuk mengelak dari kewajiban tersebut.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apabila dikatakan kepada mereka; ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian, maka mereka mengatakan; ‘Bahkan kami akan tetap mengikuti apa-apa yang kami dapati dari nenek-nenek moyang kami’. Apakah mereka akan tetap mengikutinya apabila ternyata nenek moyang mereka adalah orang-orang yang tidak memahami apa pun dan sama sekali tidak berada di jalan petunjuk?” (Qs. al-Baqarah: 171)

Wahyu dari Allah yang semestinya mereka hormati dan patuhi pun seolah tidak ada artinya. Para rasul yang telah diberi tugas untuk membimbing mereka pun tak ubahnya mereka anggap seperti orang biasa. Bahkan yang lebih keji lagi mereka menuduh kaum beriman pengikut rasul telah mengikuti seorang lelaki yang tersihir, aduhai betapa besar kedustaan mereka! Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang zalim itu mengatakan; tidaklah kalian mengikuti kecuali seorang lelaki yang dikuasai oleh sihir.” (Qs. al-Furqan: 8). Inilah sunnatullah! Perjalanan dakwah senantiasa dirintangi oleh makhluk-makhluk durhaka yang nekad membangkang kepada Rabbnya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demikian itulah, Kami menjadikan bagi setiap nabi musuh dari kalangan para pendosa.” (Qs. al-Furqan: 31)

Saudaraku –semoga Allah menganugerahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat- apabila kita cermati secara seksama, sekian banyak kemungkaran yang ada di atmosfer kehidupan kaum muslimin pada hari ini, maka akan kita dapatkan bahwa ternyata salah satu senjata syaitan paling ampuh yang menyimpangkan bani Adam dari jalan yang lurus adalah hujjah-hujjah palsu dan kerancuan pemahaman yang memoles kebatilan sehingga tampak menjadi sesuatu yang indah dan menyenangkan. Tidakkah Anda lihat, orang-orang yang sampai saat ini masih enggan meninggalkan gemerlapnya dunia panggung hiburan –entah penyanyi atau bintang film dan sinetron-, kalau anda bertanya kepada mereka; apa yang melatar belakangi mereka dengan suka rela dan tanpa sungkan-sungkan mengobral aurat di layar-layar kaca dan berdandan ala jahiliyah demi memuaskan selera penonton dan sutradara? Maka jawaban mereka tidak lauh dari ungkapan klise dan menyakitkan hati para pecinta Allah dan rasul-Nya; “Ini adalah seni, ini demi menghidupi keluarga saya, ini adalah potret kebebasan hak asasi manusia, ini adalah ekspresi budaya,” atau seabrek kepalsuan yang lainnya. Maha suci Allah, sudah sedemikian rusakkah aqidah kita?

Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, seorang mukmin hidup bukan untuk memperturutkan kemauan hawa nafsunya. Seorang mukmin menyadari bahwa ujian yang Allah berikan di alam dunia ini adalah kesempatan baginya untuk membuktikan penghambaan dirinya kepada Allah semata. Betapa banyak orang yang mengira bahwa apa yang dilakukannya merupakan kebaikan padahal di sisi Allah ta’ala itu semua tidak ada artinya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; maukah Aku kabarkan kepada kalian orang yang paling merugi amalnya, yaitu orang-orang yang sia-sia usahanya di dunia namun mereka mengira telah melakukan amal dengan sebaik-baiknya.” (Qs. al-Kahfi: 103-104)

Lalu apa yang semestinya kita kerjakan? Sebuah pertanyaan yang penting untuk dikaji. Untuk mengatasi jerat syaitan yang satu ini, maka seorang hamba memerlukan bimbingan ilmu yang benar di samping keteguhan sikap dalam memihak kepada kebenaran. Orang yang tidak dibekali ilmu yang benar, maka tindakan yang diambilnya pun hampir bisa dipastikan menyimpang dari jalan kebenaran. Oleh sebab itulah setiap harinya kita diajari oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon kepada Allah hidayah menuju jalan yang lurus. Sementara jalan yang lurus itu dibentangkan di atas pondasi ilmu dan keberpihakan konkret kepada kebenaran. Dengan pondasi ilmu maka para peniti jalan tersebut akan terbebas dari kebodohan dan sikap serampangan yang cenderung pada perilaku sesat dan menyimpang. Sedangkan dengan pondasi yang kedua maka para peniti jalan itu akan senantiasa terjaga dari kemurkaan Allah dengan keistiqomahan mereka di atas rel kebenaran. Iman kepada Allah tidak cukup jika tidak disertai keistiqomahan. Sebagaimana ucapan syahadat di lisan tidak cukup jika tidak diiringi dengan ketundukan dan kecintaan. Demikian pula ilmu, tidaklah ia mencukupi apabila tidak disertai dengan amalan.

Sebagian manusia diseret oleh hawa nafsu dan kebodohannya untuk mengikuti aliran orang-orang yang sesat (adh-dhaallin) lagi menyimpang. Bukan karena niat mereka yang buruk, namun karena persepsi mereka tentang kebenaran dan pengabdian telah mengalami distorsi pemikiran. Sedangkan sebagian yang lain cenderung kepada aliran orang-orang yang dimurkai (al-maghdhubi ‘alaihim) akibat pemahaman mereka tidak disertai dengan kecintaan kepada kebenaran dan ketulusan mengabdi kepada ar-Rahman. Mereka tahu tapi enggan mengikuti kebenaran.

Nah, yang kita perbincangkan sekarang bukanlah orang-orang yang enggan mengikuti kebenaran. Yang ingin kita soroti adalah segolongan manusia yang dengan niat baik mereka ‘terpaksa’ harus memposisikan diri mereka di barisan orang yang menyimpang. Meskipun hal itu tidak mereka sadari. Dan inilah yang menyakitkan. Banyak sekali tipu daya Iblis yang mereka serap dan adopsi demi melegalkan penyimpangan yang selama ini mereka tekuni. Di antara alasan yang sering kita dengar dari banyak orang yang menuturkan keadaan orang-orang semacam ini adalah ucapan mereka, “Saya tidak berniat buruk. Niat saya baik. Hanya saja keadaan memaksa saya untuk melakukan hal ini. Saya sadar hal ini akan mengundang banyak kontroversi. Namun, hal itu tidak penting bagi saya. Toh, saya tidak mencari ridha manusia. Apa boleh buat, keadaan menuntut saya melakukannya, dan lagi kalau mau diambil sisi positifnya kan tidak sedikit. Kita harus realistis, tidak semua orang bisa bersikap ideal seperti yang anda inginkan.” Kurang lebih itulah alasan mereka.

Sekilas, ucapan ini terdengar bijak dan menyejukkan. Namun di balik itu semua, syaitan ingin menggiring manusia agar memandang baik diri mereka sendiri dan menempatkan orang lain sebagai penonton belaka. Sehingga mereka tidak lagi berhak untuk mengkritik atau pun mengoreksi sikapnya. Karena sutradara kehidupannya adalah dia, adapun orang lain mungkin tidak mengerti realita dalam pandangannya. Ada ungkapan yang mengatakan, “Sang pemilik rumah tentu lebih mengerti tentang isi rumahnya.” Ya, itu ada benarnya, tapi ingat betapa banyak pemilik rumah yang kebingungan mencari barangnya sendiri yang hilang gara-gara lupa atau terselip di suatu tempat, padahal kejadian itu sama sekali tidak keluar sejengkal pun dari pagar rumahnya! Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui.” (Qs. an-Nahl: 43)

Banyak orang yang mudah menerima kebenaran ketika kebenaran itu tidak mengusik urusan pribadinya. Namun, tidak sedikit pula orang yang menolak kebenaran hanya gara-gara kebenaran itu telah mengusik urusan pribadinya. Tidakkah kita ingat kisah Abu Thalib paman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Pada dasarnya dia mengakui kebenaran ajaran yang dibawa oleh keponakannya itu, namun hanya karena khawatir apabila dia mengikuti ajaran itu maka celaan dan komentar miring akan terlontar dari lisan suku Quraisy kepadanya, akhirnya syahadat pun tak mau diucapkannya, walau sekali. Hal itu menunjukkan bahwa keteguhan orang dalam meniti jalan kebenaran akan benar-benar tampak ketika kebenaran itu harus berhadap-hadapan dengan kemauan hawa nafsu dan kebiasaan yang dijalaninya atau yang dijalani oleh masyarakatnya. Ketika berada dalam posisi seperti itu, bagaimanakah sikap yang diambilnya? Itulah cerminan penghambaan dirinya yang sebenarnya.

Sebagian orang –semoga Allah memberi mereka petunjuk- mengira bahwa nasehat yang disampaikan kepada mereka adalah bentuk kelancangan dan kekurangajaran. Terlepas dari keras atau lembut cara menasehatinya, maka tidak selayaknya seorang yang munshif (bersikap adil dan objektif) mencampakkan kebenaran gara-gara kebenaran tersebut datang dengan cara yang tidak berkenan atau kurang pas dalam pandangannya. Ya, itu sah-sah saja seorang menilai bahwa cara orang lain dalam menasihatinya tidak pas atau tidak beradab. Namun, bukan itu yang kita bicarakan! Yang kita maksud adalah kesadaran hati pada diri orang yang mendapatkan teguran agar kembali kepada Allah, dan menyadari kekeliruannya –jika itu sebuah kekeliruan- tanpa menyimpan dendam. Bukankah Allah memerintahkan kita untuk memberikan maaf dan berlapang dada dalam menyikapi kekurangan saudara kita? Bukankah kita pun senang jika kita diperlakukan demikian? Maka alangkah tidak bijaknya kita ketika kita menyadari bahwa hujjah-hujjah yang kita miliki ternyata tidak cukup kuat untuk mempertahankan sikap kita yang keliru atau kurang bijak, kemudian dalam kondisi seperti itu pun kita masih menuntut orang lain secara berlebihan untuk bersikap bijak dan sopan dalam menegur kita. Sementara kita dengan begitu leluasa memuntahkan sejuta alasan untuk menjatuhkan orang yang berbeda pendapat dengan kita. Di sisi lain kita tidak memberikan kesempatan baginya untuk melontarkan kritik kepada kita. Wallahul musta’an.

Yogyakarta, 14 Shafar 1430 H

***

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id

Thursday, February 12, 2009

NAMA-NAMA ISLAMI UNTUK BUAH HATI


‘Aakif = Beriktikaf
‘Aali = Tinggi
‘Aamir = Memakmurkan
‘Ashim = Menjauhi maksiat
‘Aathif = Belas kasih
‘Aatik = Pemurah, Yang murni
Abadi = Yang Kekal
Aban = Lebih terang, lebih nyata, bersih
‘Abbad = Tekun beribadah
Abbas = Nama paman Nabi, nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Abbasy = Rajin berusaha
‘Abduh = Hamba-Nya, julukan dari Nabi Muhammad SAW
Abdul Alim = Hamba Allah Yang Mengetahui
Abdul Azim = Hamba Allah Yang Agung
Abdul Aziz = Hamba Allah Yang Mulia
Abdul Bari = Hamba Allah Yang Banyak Kebaikan
Abdul Basit = Hamba Allah Yang Melimpah Nikmat
Abdul Baqi = Hamba Allah Yang Kekal
Abdul Dayyan = Hamba Allah Yang Membalas
Abdul Jabbar = Hamba Allah Yang Tegas
Abdul Jalil = Hamba Allah Yang Mulia
Abdul Jawad = Hamba Allah Yang Pemurah
Abdul Fattah = Hamba Allah Yang Membuka
Abdul Ghafur = Hamba Allah Yang Membuka
Abdul Ghani = Hamba Allah Yang Pengampun
Abdul Hadi = Hamba Allah Yang Kaya
Abdul Hafiz = Hamba Allah Yang Memelihara
Abdul Haiy = Hamba Allah yang Hidup
Abdul Hak = Hamba Allah yang Sebenar
Abdul Hakam = Hamba Allah yang Menghukum
Abdul Hakim = Hamba Allah yang Bijaksana
Abdul Halim = Hamba Allah yang Lemah Lembut
Abdul Hamid = Hamba Allah yang Terpuji
Abdul Hanan = Hamba Allah yang Penyayang
Abdul Ilah = Hamba Allah, hamba Tuhan
Abdul Karim = Hamba Allah yang Pemurah
Abdul Khaliq = Hamba Allah yang Mencipta
Abdullah = Hamba Allah
Abdul Latif = Hamba Allah yang Lemah Lembut
Abdul Majid = Hamba Allah yang Mulia
Abdul Mannan = Hamba Allah yang Memberi Nikmat
Abdul Muhaimin = Hamba Allah yang Berkuasa
Abdul Mu’ati = Hamba Allah yang Memberi
Abdul Mun’im = Hamba Allah yang Memberi Nikmat
Abdul Nasir = Hamba Allah yang Menolong
Abdul Qadir, Abdul Qayyum = Hamba Allah yang Berkuasa
Abdul Qahar = Hamba Allah yang Perkasa
Abdul Rauf = Hamba Allah yang Pengasih
Abdul Rahman = Hamba Allah yang Pemurah
Abdul Rahim = Hamba Allah yang Penyayang
Abdul Rasyid = Hamba Allah yang Bijaksana
Abdul Razak = Hamba Allah yang Memberi Rezeki
Abdul Syakur = Hamba Allah yang Bersyukur
Abdul Samad = Hamba Allah yang Menjadi Tumpuan
Abdul Salam = Hamba Allah yang Penyelamat
Abdul Wafi = Hamba Allah yang Setia
Abdul Wadud = Hamba Allah yang Pengasih
Abdul Wahab = Hamba Allah yang Memberi
Abdul Warith = Hamba Allah yang Mewarisi
Abdul Wahid = Hamba Allah yang Esa
Abhar = Yang bergemerlapan, yang berseri
‘Abid = Yang beribadat, beribadah
Abidin = Yang beribadat
Abrar = Golongan yang berbuat kebajikan
Abrisam = Yang lembut/tampan
Absyar = Bergembira
Abu Bakar = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Abu Zar = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Abu Samah = Pemaaf, Yang bertoleransi
Abu Wasim = Yang tampan
Adabi = Kesopananku, kesusasteraan
Adam = Nama Nabi, ikutan, teladan
Ad-Daruquthni = Imam perawi hadist
Adham = Yang cantik, tali rantai, peninggalan Kuno
Adi = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Adib = Beradab, sopan, pujangga
‘Adil = Adil
Adlan = Keadilan
‘Adli = Keadilanku, kelurusanku, adil
‘Adnan = Nama org terdahulu
Adwa’ = Cahaya
Afdhol = Lebih Utama, terbaik
Affan = Pendaki, nama ayah Caliph Uthman
Affandi = Gelar bagi orang yang berkedudukan
Afham = Yang pandai
‘Afi = Pemaaf
‘Afif = Punya harga diri
Afiq = Yang mulia
Afkar = Yang bijak
Aflah = Yang beruntung, lebih sukses
Afnan = Kecantikan/seri
Afqar = Fakir
Afsar = Lebih Jelas
Afwu = Pemaaf
Agha = Ketua, pimpinan
Aghna = Berdikari
Ahda = Beroleh petunjuk
Ahlam = Impian, kesabaran
Ahlami = Impianku, kelembutanku
Ahlan = Keselamatan
Ahmad = Terpuji
Ahmas = Yang bersemangat
Ahna = Yang lemah lembut
Ahnaf = Yang berpegang teguh pada ajaran agama, lebih suci (lurus)
Ahsan = Yang terbaik
Ahwas = Pemberani
Ahwaz = Yang bersungguh-sungguh
Ahza = Yang beruntung
Aibaq = Pesuruh
Aiyub = Nama nabi
Aiman = Yang bertuah, kanan
Aisar = Yang senang, mudah
Aisy = Mewah, kaya raya
Ajad = Berbuat baik
Ajmal = Cantik, molek
Ajwad = Yang lebih pemurah, terbaik
Akalil = Mahkota
Akbar = Yang besar
Akhdan = Sahabat
Akhtar = Yang terpilih
Akid = Yang kuat, teguh, tetap
Akif = Yang menumpukan dirinya pada sesuatu
‘Akif = Beri’tikaf
Akma = Pimpinan
Akmal = Sempurna, sangat pandai
Akram = Yang mulia, Lebih mulia
Akramah = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Akwa = Yang perkasa, kuat
Alamar = Berlapis emas
Alamgir = Penakluk dunia
‘Alauddin = Ketinggian agama, kemuliaan agama
Al Baihaqi = Imam perawi hadist
Al Fatih = awal, pembuka, pertama
Alham = Beroleh ilham
‘Ali = Yang mulia, tinggi kedudukannya
Alif = Kawan rapat
Alim = Yang mengetahui
‘Alim = Berilmu
Aliuddin = Ketinggian agama
Aliyan = Yang tinggi
Allam = Sangat mengetahui
Allamah = Yang berilmu luas
Alma’ = Yang bergemerlapan
Altaf, Althaf = Baik hati, lemah lembut, lebih lembut
Altamis = Panglima, ketua
Alwan = Warna-warni
Alzam = Yang tekun
Amadi = Masa, matlamatku
Amad = Tujuan
Amal = Cita-cita, harapan
Amali = Cita-citaku, harapanku
Amaluddin = Cita-cita agama
Amami = Golonganku
Aman = Sentosa, keamanan
Amanat = Pertaruhan, amanah
Amani = Kesejahteraanku
Amanullah = Keamanan dari Allah
Amar = Yang ramai zuriat
Amili = Yang bekerja
Amin = Yang amanah, yang dipercayai, pemegang amanat
Aminin = Orang-orang yang aman
Aminuddin = Pengamanah agama
Amir = Putera, ketua, pemerintah, penguasa, pemimpin, makmur
Amiruddin = Pembela agama
Amjad = Mulia, soleh, lebih mulia
Amkrun = Orang-orang berkuasa
Ammar = Yang memakmurkan, yang kuat iman, penerang
Amnan = Tempat yang aman, ketenangan
Amni = Keamananku
Amran = Yang memakmurkan
Amrin = Perintah
Amrullah = Perintah Allah
Amrun = Kemakmuranku
Amsyar = Yang cergas
Amzar = Yang mulia
Anaqi = Keindahanku yang menawan hati
Anas = Kemesraan, cinta, kasih, mesra, periang
An’am = Yang diberi nikmat
Andar = Yang berseri
Anjab = Lebih utama dan bernilai
Aniq = Yang kacak lagi menawan hati
Anis = Yang mesra, teman setia, ramah tamah dalam pergaulan
An-Nasa’i = Imam perawi hadist
Anma = Yang maju
Anmar = Air yang bersih
Ansar = Penolong, penyokong
Ansari = Penolongku, penyokongku
Anshar = Kaum Anshar sahabat Nabi SAW
Antar = Berani dalam peperangan, nama pahlawan ksatria Arab
Anwar = Yang bercahaya, lebih bersinar, lebih bersih
Anwari = Cahayaku
‘Aqib = Balasan yang baik
‘Aqil = Yang baik budi, bijaksana, dapat dipercaya, pintar
Aqlan = Kebijakan
Aqhar = Yang gagah
Aqmar = Putih, cantik
Aqra = Pandai membaca
Arafat = Yang terkenal, kenalan
Arami = Panji-panji
Arfa = Yang tinggi, mulia
Arfan = Mengetahui
Arhab = Memanjakan, lebih lebar dan luas
Arham = Yang mesra
Arib = Yang mahir
‘Arif = Yang bijak, mengetahui, terpelajar, sholih, berwibawa
Ariffin = Yang bijak
‘Ariq = Baik budi, mulia asalnya, bijaksana
Arman = Harapan, aspirasi
Arqam = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Arsalan = Nama seorang tokoh Islam
Arsyad = Yang sangat cerdik
Arumi = Asal keturunanku
Aryan = Kekuatan penuh
As’ad = Yang berbahagia
Asdaq = Benar
Asfa = Yang suci
Ashmah = Yang berani
Ashraf = Lebih luhur
Asif = Menggambarkan, melukiskan
Asil = Yang mulia, murni, bersih
Asir = Menawan, memikat hati, mempesona
Asjad = Emas, permata
Askari = Tentera
Aslam = Selamat, terkawal, masuk Islam
Aslah = Yang lebih baik
Asmah = Yang pemaaf
Asmai = Hati yang suci
Asmaan = Hati yang suci dan pendapat yang teguh
Asmar = Yang hitam manis
Asna = Yang tinggi, yang bersinar
Asnawi = Yang berseri, gemilang
Asri = Masaku, kemajuanku mengikut masa
Asyari = Perasaanku
Asyiq = Kekasih, pencinta
Asymawi = Pemberianku
Asyraaf = Yang mulia, Asyraf = lebih mulia
Asy’ar = Perasa, jiwa halus
Asyrani = Periang, kemegahanku
Asytar = Yang menawan
Ata = Pemberian, hadiah
Ataullah, Athallah = Karunia Allah
Athar = Suci, bersih
Athari = Yang bersih
‘Athif = Belas kasih
Athmar = Yang berjaya
Aththobarani = Imam perawi hadist
Atif = Belas Kasihan
‘Atik = Pemurah, yang murni
‘Atiq = Ka’bah, yang dimerdekakan
Atmam = Kesempurnaan
At-Tirmidzi = Imam perawi hadist
Atyab = Wangi
‘Aun = Bantuan, pertolongan
Aus = Pemberian
Aufa = Yang setia, lebih tepat
Auni = Ketetapanku
Awam = Yang tangkas
Awad = Gantian, pemberian
Awali = Pedang
Awadullah = Pemberian, gantian dari Allah
Awliya = Kekasih
Awraq = Yang memberi semangat
Awsam = Yang segak
Awuf = Yang wangi
Awwab = Yang banyak bertaubat pada Alloh
Awwadi = Yang bersungguh-sungguh
Awwal = Pandai mentakwil
Awwam = Perenang
Ayadi = Nikmat
Ayaz = Pekerja keras ( Persian )
Ayman = Beruntung, pemegang kendali yang benar
Aysar = Yang mudah
Ayyub = Nama nabi
Azad = Bebas, merdeka
Azam = Keazaman
Azamuddin = Keazaman agama
Azaim = Pelbagai azam
Azbin = Bersih, suci
Azfar = Yang berjaya, yang menang
Azhad = Yang zuhud
Azhar = Yang berseri, yang gemilang, lebih cerah
Azhari = Yang berseri, yang gemilang
Azib = Sabar dan gigih
Azim = Besar
Aziman = Keazaman
Aziz = Yang mulia, yang kuat, kekasih
Azizi = Kesayanganku, kekasihku
Azizan = Yang mulia, yang kuat, kekasih
Azka = Semakin maju, suci, bersih
Azman = Cita-cita, tekad
‘Azmi = Cita-citaku, tekadku, keteguhan hati
Azmil = Kawan rapat
Azri = Kekuatanku, penyokongku
Azwar = Rajin ‘
Azza = Perhiasan
‘Azzam = Kebulatan tekad, ziarah/emas
‘Azzan = Nama orang Dahulu
Baadi, Badi = Istimewa
Baahi, Baha = Termegah, terhebat
Baari = Pencipta, salah satu dari nama Alloh
Badar = Bulan penuh, bulan purnama
Badi’ = Indah
Badil = Pengganti
Badiuzzaman = Keindahan semasa
Badran = Bulan penuh (purnama)
Badri = Bulan purnamaku, mempercepat jalannya
Badrulmunir = Bulan bercahaya
Badrun = Bulan purnama
Badruddin = Bulan purnama agama
Badruz Zaman = Bulan purnama bagi jaman
Badrut Tamam = Bulan purnama
Badrut Taman = Bulan purnama yg sempurna
Baghawi = Nisbah
Bahadur = Berani, kuat
Bahauddin = Sinaran/ keindahan agama
Bahi = Indah
Bahij = Yang indah menawan, penggembira
Bahir = Elok, mempesona
Bahjan = Cemerlang
Bahjat = Kegemilangan, gembira, bahagia
Bahlawan = Pendaki gunung
Bahran = Bercahaya
Bahri = Kegemilanganku
Bahruddin = Sinaran agama
Bahzi = Pembelaku
Bais = Tentera
Bakhit = Yang bertuah
Bakhtiar = Yang bahagia
Bakir = Muda, pagi2 benar
Bakizah = Permata
Bakri = Pagi-pagi benar
Baliq = Fasih
Balyan = Nama auliya
Banan = Ujung jari
Banin = Yang bijak, gigih
Baqir = Sangat pandai, terpelajar
Bariq = Bercahaya, kemilau
Bariz = Menonjol
Barra = Yang bersih
Barzun = Utama, berani
Basil = Berani
Basim = Gembira, tersenyum, selalu tersenyum
Basir = Bijak, melihat
Basirun = Yang melihat
Basit = Pereka, pembuat
Baslan = Keberanian
Basri = Penglihatanku
Bassam = Suka tersenyum
Basyar = Pembawa berita baik
Basyarah = Indah
Basyir = Penyampai berita gembira
Basyirun = Yang melihat
Bayiyuddin = Sinaran agama
Bazil = Yang pandai
Bazilin = Yang menyumbang
Bazli = Kebijaksanaanku, kepakaranku
Bilal = Nama sahabat nabi, titisan embun
Biruni = Nama ulama besar
Bisyari = Kegembiraan
Bisyir = Berita gembira
Bisyrun = Berita gembira
Bunyamin = Nama saudara nabi yusuf
Budair = Berjalan cepat
Bukhari = Imam perawi hadist
Buraid = Dingin
Buraidah = Kesejukan
Burhan = Alasan, bukti, dalil, cahaya
Burhanuddin = Dalil/cahaya/ bukti agama
Busairi = Nisbah
Busrain = Kesegaran
Busran = Kabar gembira
Bustani = Tamanku
Dabir = Akar, asli, mutlak
Daffa = Pembela
Dafinah = Kekayaan yang tersembunyi
Dahin = Yang cerdik
Dahlan = Nama belakang ulama
Dailami = Askarku
Da’im = Kekal abadi
Da’in = Da’i, penyeru, pemanggil
Daisam = Lemah lembut
Daiyan = Hakim, pelindung, penjaga
Dalil = Petunjuk, pemimpin, model, teladan
Dana = Cerdas, bijak
Dani = Dekat
Daniyal = Nabi Alloh SWT
Danish = Pengetahuan, bijak
Daris = Pembaca, pelajar
Darul Muqomah = Tempat yg kekal ( surga )
Darwisy = Warak
Dasuqi = Keindahanku, cahayaku
Dawani = Nisbah
Daud = Nama Nabi Alloh SWT
Dhabit = Yang kuat ingatan
Dhafir = Menang
Dhahir = Yang membantu
Dhaifullah = Tamu Allah
Dhamir = Yang langsing
Dhamiri = Jiwaku
Dhiya’ = Cahaya, sinar
Dhiya’Ulhaq = Sina (cahaya) hak, sinaran kebenaran
Dhiya ‘Uddin = Cahaya agama
Dhiya’ur Rahman = Cahaya Yang Maha Pemurah
Dhobith = Cermat, kuat, hakim
Dhoif = Tamu
Dhoifullah = Tamu Alloh
Dhomin = Penjamin
Dhomir = Hati nurani
Dhomiri Fadhil = Hati nurani, yg utama
Dhomrah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Dhori’un = Orang2 yg merendahkan diri, tunduk
Dhowi = Bersinar
Dhu’un = Cahaya terang
Dhukhom = Gemuk
Dhuyuf = Tamu
Difa = Pertahanan
Dika = Ayam jago, jantan
Dika Azhari = Ayam jago, bunga
Din = Agama, kepercayaan
Dini = Agamaku
Din Syamsudin = Matahari agama
Dubies = Nama pahlawan arab
Durrani = Permataku
Durar = Mutiara
Dzahab = Emas
Dzaki = Cerdas, pandai, mudah, faham
Dzakir = Teguh pendirian, baik/kuat harapannya
Dzakka’ = Cerdik
Dzakwan = Harum semerbak, cerdas, jenius
Dzal Aidi = Punya kekuatan
Dzalkifli, Dzulkifli = Yang punya kesanggupan
Dzamar = Nama seorang raja Yaman zaman dahulu
Dzanun = Dzun Nun ( Nabi Yunus as )
Dzatil’imad = Yang punya bangunan2 tinggi
Dziban = Penghalau, yg membantu
Dzikro = Pengajaran, peringatan
Dzil Awtad = Punya pasak2 ( tentara yg banyak )
Dzimar = Kehormatan diri
Dziyab = Memperoleh harta, serbuan
Dzulfiqar = Nama pedang Rasulullah SAW
Dzul Autad = Punya tentara yg banyak
Dzul Fahmi = Punya kefahaman
Dzul Rahman = Yang Maha Pemurah
Dzulfaqor = Nama pedang sahabat Ali bin Abi Thalib
Eshan = Dalam berkah Alloh
Fadal = Keutamaan
Fadhl = Kebaikan, kelebihan, sisa
Fadhali = Kelebihan, keutamaan
Fadhil = Orang yg berbuat kebaikan, utama, mulia
Fadholi = Kelebihan - keutamaan
Fadhlurrahman = Keutamaan dari Allah, Anugrah Arrahman
Fadi = Penebus
Fadil = Yang mulia, murah hati, yg utama
Fadl = Dermawan, murah hati
Fadlan = Keutamaan
Fadli = Kelebihanku, ihsanku
Fadlin = Keutamaan
Fadlullah = Kelebihan Allah
Faeyza = Sukses, hidupnya meningkat
Fahad = Harimau bintang
Fahd = Harimau
Fahim = Yang faham, memahami, pintar, rajin belajar
Fahmi = Kefahamanku, pemahaman
Fahman = Kefahaman
Fa’id = Tetap, berhasil, istimewa, sungguh2
Faiq = Tertinggi, utama, terkenal, terkemuka
Fairuz = Batu permata
Faisal, Faishal = Penyelesaian, pemisah antara hak dan batil
Fa’iz = Berjaya, menang
Fa’izin = Orang2 sukses
Fajar = Cahaya putih
Fajari = Waktu fajar
Fakhir = Kebesaran, yang baik, kejayaan
Fakhr Al Din = Kejayaan agama, kemenangan agama
Fakih = Menyenangkan, sedap
Fakhir = Kebesaran, yang baik
Fakhri = Kemegahanku, kebanggaan
Fakhruddin = Kebanggaan agama, keutamaan dari Alloh
Fakhrullah = Kemegahan Allah
Falah = Jaya, sukses, beruntung
Falih = Sukses
Fannani = Seniman
Faqih = Yang mengerti, ahli fiqh, bijaksana
Faraj = Kelonggaran, pelepasan
Farhan = Bergembira
Farhat, Farhun = Kegembiraan
Farid = Istimewa, permata, tiada bandingan, tunggal, permata yang mahal
Fariduddin = Permata agama, keistimewaan
Faris = Yang alim, penunggang kuda, ksatria
Faruq = Pembeda antara benar dan salah
Fasahat = Fasih, lancar
Fasih = Yang fasih
Fathi = Pembuka, kemenanganku
Fathuddin = Pembukaan, kejayaan agama
Fathul Islam = Pembuka, kejayaan Islam
Fathullah = Pembukaan, kejayaan Allah
Fathurrahman = Pembukaan, kejayaan Allah yang pengasih
Fatih = Pembuka, perintis, pemenang, penakluk
Fattah = Penakluk
Fauhad = Anak kecil yang gemuk
Fauzi = Kejayaanku
Fauzan = Kejayaan, kemenangan
Fawwaz = Berjaya
Fayyadh = Murah hati
Fidai = Pengorbanan
Fikri = Fikiranku, pemikir, pemikiranku
Firas = Kecerdikan, tajam pikiran
Firdaus = Nama syurga
Fitri = Semulajadi
Fuad = Hati, jiwa
Fuadi = Jiwaku
Furqan = Bukti, kenyataan, pembeda benar dan salah
Fudail = Kelebihanku, kemuliaan
Gadi = Keberuntunganku
Ghadi = Singa
Ghaffar = Sedia mengampuni, lembut hati
Ghaffur = Pengampun
Ghailan = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Ghaisan = Rupawan
Ghaisani = Cantik dan muda
Ghali = Mahal
Ghalib = Yang menang
Ghanim = Yang mencapai kejayaan
Ghanimi = Kejayaanku
Ghani = Kaya, mewah
Ghassan = Kecantikan dan kelembutan remaja, nama suku arab
Ghaus, Ghauts = Pertolongan
hazali = Nama seorang sufi dan filosof muslim
Ghazlan = Tenunan
Ghazi = Pejuang
Ghoits = Hujan
Gholi = Mahal, sesuatu yg bernilai tinggi
Gholib = Pemenang
Ghomid = Pedang dlm sarungnya, nama Kabilah di Hijaz
Ghonam = Penjaga rampasan perang
Ghonim = Yang mendapat keuntungan
Ghosan = Sumber air di padang pasir, usia muda belia
Ghozi = Prajurit di medan perang, bertujuan
Ghufran, Ghufron = Keampunan, pengampunan
Ghulam = Anak muda
Ghulaman Zakiya = Anak muda yg suci
Ghulwani = Keremajaan dan kecerdasan
Ghulan = Remaja
Ghurofan = Tempat2 yg tinggi
Ghusun = Tangkai pohon
Haban Mutarokiba = Butir yg banyak
Habbab = Yang mengasihi
Habib = Kekasih, sayang, dicintai
Habibi = Kesayanganku
Hablan = Yang penuh
Habri = Kegembiraanku
Hadi = Yang memimpin, penunjuk jalan
Hadwan = Ketenangan
Hadrami = Nisbah
Hadad = Dewa Syria yg jantan
Hadari = Maju
Haddad = Lautan
Hadi = Penuntun, seseorang yg religius
Hadif = Yang mempunyai matlamat
Hafidh = Pemelihara, Penghafal
Hafiz = Penjaga, pelindung
Hafizuddin = Pemelihara agama
Hafuza = Pemberi semangat
Haidar = Berani, singa
Haikal = Pokok yang besar dan subur
Hail = Yang disegani
Ha’im = Yang mengelilingi
Haimadi = Pujian agama
Haiman = Yang cinta, asyik, menguasai
Haitham = Yang mudah, singa
Haiyan = Yang hidup
Hajaj = Pelawat
Hajib = Pendinding
Hajid = Yang sholat tahajjud
Hajim = Pelindung
Hajid = Yang sholat malam ( tahajjud )
Hakam = Pengadil
Hakim = Bijaksana
Hakmani = Pengadil
Hamad = Terpuji
Hamas = Berani
Hambali = Pengikut Imam Ahmad bin Hambali
Hamdan = Terpuji, pemuji Alloh
Hamdawi = Yang memuji
Hamdi = Pujianku, pujian
Hamdun = Terpuji, pujian
Hamid = Yang memuji
Hamiduddin = Pujian agama
Hamim = Teman karib
Hamimi = Teman karibku
Hamiz = Cerdik, kuat, tampan
Hamizan = Cerdik, kuat, tampan
Hamlan = Berdiri sendiri
Hammadi = Pemuji
Hammam = Yang mempunyai kemauan keras
Hammani = Pemberi semangat
Hamsyari = Anak jati watan
Hamud = Yang banyak memuji
Hamzah = Kebijaksanaan, nama paman Nabi
Hamzi = Ketegasanku
Hanafi = Kelurusanku, pengikut Imam Abu Hanifah
Hanania = Dikasihi Allah
Hani, Hani’ = Yang mengucapkan selamat
Hanif = Muslim yang teguh, yang lurus, bersih, suci
Hanin = Kesayangan
Hanis = Berani
Hanun = Kesayangan
Hariri = Suteraku, nisbah
Haris = Pengawal, pelindung
Hariz = Pemelihara
Harith = Kuat, berusaha
Harraz = Yang amat warak
Harun = Nama nabi
Harzan = Penjagaan
Hasan = Indah, baik
Hasbi = Yang memadai bagiku
Hasbullah = Jaminan Allah
Hashim = Nama kakek buyut Nabi
Hasib = Berketurunan mulia
Hasif = Kemas, rapi
Hasnain = Dua kebaikan
Hasnun = Yang baik
Hasnawi = Kecantikan
Hassan = Sangat baik, bagus
Hasyiem = Yang bermaruah
Hasyim = Pemurah, yang suka menjamu orang
Hatadi = Keaslianku
Hatim = Pemutus, penentu, murni, yang lurus, benar
Hauzan = Mahluk Manusia
Hawari = Pengikut setia
Hawwari = Penolong, bersih
Hawwas = Yang bersemangat
Haziq = Cerdik, pandai
Hazim = Tegas, cermat, bijak, teliti
Hazmi = Ketegasanku
Hazwan = Pemberianku
Hayyun = Hidup
Helmi = Sabar dan berakal
Hfiy = Yang memuliakan
Hibatullah = Kurnia, anugrah Alloh
Hibban = Ibnu Hibban Pewari Hadist
Hidayat = Petunjuk
Hidawi = Pemberian
Hidayatullah = Petunjuk Allah
Hijazi = Kebersihanku
Hikmat = Hikmat
Hilal = Bulan sabit
Hilman = Kesopanan, kesabaran
Hilmi = Kesopananku, kesabaranku
Himmat = Cita-cita
Hisham = Nama orang Arab populer
Hisyam = Murah hati
Hisyamuddin = Kemurahan agama
Hiwayat = Yang disukai
Hubaib = Kekasih
Hulaif = Yang setia
Hulawi = Yang manis/menarik
Humaidi = Kepujianku
Humam = Maharaja, memiliki jiwa kepahlawanan, dermawan
Humdi = Yang memuji
Husam = Pedang yang tajam
Husain = Elok, cantik, indah, baik
Husaini = Kebaikanku
Husnayan = Kemenangan, syahid
Husni = Indah
Husoin = Benteng pertahanan
Huwaidi = Kembali kepada yang hak
Huzaifah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Huzaiman = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Ibad, Ibaad = Rajin beribadah, hamba-hamba Alloh
Ibkar = Pagi hari
Ibnu = Anak laki2
Ibnu Abbas = Nama sahabat dan paman Nabi Muhammad SAW, ahli tafsir
Ibnu Hajar = Nama ulama penyusun kitab hadits Bulughul Marom
Ibnu Kholdun = Filosof dan sosiolog muslim
Ibrahim = Nama nabi, ayah yg baik
Ibtisam = Senyuman
Idlan = Keadilan
Idraki = Pengetahuanku, kefahamanku
Idris = Nama nabi
Idrus = Singa
Iffat = Kehormatan diri
Iftikhar = Kehormatan, pembawa kehormatan
Iftiqar = Keperluan
Ihsan = Kebaikan
Ihtisyam = Kehebatan
Ijlal = Penghormatan, petunjuk, mulia, terhormat
Ikhlas = Memuliakan
Ikhtiari = Pilihanku
Ikhtiaruddin = Pilihan agama
Ikhwan = Persaudaraan
Ikram = Menghormati
Iktidal = Keadilan
Iktimad = Berserah
Iktisham = Tenaga
Ilham = Ilham, isyarat yang baik
Iliya = Nama nabi
Ilyas = Nama nabi
Ilyasa = Nama nabi
Imadi = Sokonganku
Imaduddin = Tiang agama
Imam = Pemimpin
Iman = Iman, keimanan
Imdad = Tolong, bantu, sokong
Imtiyaz = Pilihan
Imran = Budi bahasa, nama ayahanda Maryam AS
Inas = Kelembutan
Inayat = Pertolongan
Insaf = Kesadaran
Intisar = Kemenangan
Iqbal = Kejayaan, pujangga muslim, kemajuan
Iqtidar = Kekuatan, tenaga
Irfan = Kebijaksanaan, kesyukuran, pengetahuan
Irsyad = Nasihat, panduan, petunjuk
Irsyaduddin = Panduan agama
Is’ad = Beroleh taufiq
Isa = Nabi nabi
Isam = Orang sukses dengan usahanya sendiri
Ishak = Nama nabi
Isham = Maksum
Ishmat = Kekuatan menjauhi maksiat
Iskandar = Nama seorang raja
Islam = Kesejahteraan
Islah = Pembetulan
Isma = Pemelihara
Ismail = Nama nabi
Ismat = Ketulinan, kesucian
‘Ismat = Kekuatan menjauhi maksiat
Israr = Persendirian
Istafa = Pilih, suka
Isyhad = Penyaksian
Isyraf = Pengganti, pengawasan
Isyraq = Memberi sinar
Ithar = Mengasihi orang lain
I’tishom = Menjauhkan diri dari perbuatan maksiat
Iwadh = Pengganti
Iyad = Sokongan, kekuatan, gunung yang sukar didaki
Izdihar = Perkembangan, kemajuan
Izdiyad = Pertambahan
Izz = Kekuatan
Izzan = Kepatuhan
Izzat = Kemuliaan
Izzudin, Izzuddin = Kemuliaan agama
Izzul Haq = Kemuliaan yang haq, sebenar-benarnya kemuliaan
Izzul Islam = Kemuliaan Islam
Jaad = Sungguh2, dermawan
Jaafar = Anak sungai
Jaballah = Hadiah Allah
Jabalun = Gunung, bukit
Jabir, Jabr = Pemberi kenyamanan, penghibur
Jabil = Yang kreatif
Jabran = Pengganti, pembetul
Jabri = Pertolonganku
Jabrullah = Pertolongan Allah
Jadid = Baru
Jadir = Pemurah
Jadulhaq = Jalan kebenaran
Jaffan = Yang terkawal
Jafin = Yang mengawal
Jafni = Kawalanku dari kejahatan
Jahdi = Kemampuan
Jahid = Yang berusaha
Jahran = Yang tangkas
Jaiz, Ja’iz = Boleh
Jalal = Kemuliaan, keagungan, semarak, cahaya, keindahan
Jalaluddin = Kemulian agama
Jali = Yang nyata
Jalil = Yang mulia
Jalud = Kuat dan sabar
Jamal = Kecantikan, keindahan, cemerlang
Jamali = Kecantikanku
Jamaluddin = Keindahan agama
Jamalullail = Keindahan malam
Jam’an = Kesatuan, 2 pasukan
Jamhari = Kelompok manusia
Jamil = Yang tampan, indah
Jamri = Perhimpunanku
Jamsyir = Kecantikan
Jarir = Tempat bertumpu
Jaris = Karunia Allah
Jarullah = Tetangga Allah
Jasim = Badan, Fisik
Jasir = Keberanian
Jauhar = Permata
Jauhari = Permataku
Jauni = Keputihan, siang
Jauzan = Pertengahan
Jawad, Jawwad = Murah hati, pemurah
Jawahir = Permata
Jazali = Kegembiraanku
Jazil = Besar, banyak
Jazim = Mempastikan
Jazli = Fasih
Jazman = Tekad bulat
Jazmi = Tekad yang kukuh
Jazlan = Gembira, riang
Jazman = Tekad yang kukuh
Jazuli = Nisbah
Jihad, Jihadi = Perjuangan
Jihan = Kemegahan
Jilani = Penyiaranku
Jiratullah = Bantuan Allah
Jiwari = Jaminanku
Jiyad = Yang Baik
Juani = Sinaranku
Jubair = Pertolongan, nama ulama besar
Jubran = Nama sastrawan
Jufri = Keluasan, di tengah
Juhair = Suara Nyaring, Lantang
Juhlan = Yang termulia
Juman = Mutiara
Jumani = Mutiaraku
Junaid = Tentara
Junaidi = Tentaraku
Junaidun = Tentera
Jundi = Prajurit
Juwaidi = Keelokanku
Kaab, Ka’ab = Kemuliaan, terhormat
Kabir = Agung, besar
Kadar = Berkekuatan penuh
Kadhim = Menahan Diri
Kadin = Teman, rekan, kawan
Kahla = Dewasa
Kailani = Nama seorang ulama, nama kitab Shorof
Kafil = Penjamin
Kafila = Saksi
Kalim = Ahli pidato
Kalimatullah = Kalimat Alloh
Kamal = Kesempurnaan
Kamaluddin = Kesempurnaan agama
Kamaruddin = Bulan agama
Kamaruzzaman = Bulan masa
Kamarul Arifin = Bulan orang arif
Kamil = Sempurna
Karami = Kemuliaanku
Karim = Yang mulia
Kariman = Haji dan jihad
Karman = Kemuliaan
Kasir = Melimpah, banyak
Katib = Juru tulis
Kazhim = Menahan diri
Kazim = Penyabar
Khabir = Yang mengetahui dengan sebenarnya, pakar, berpengalaman
Khadim = Sukarelawan
Khairan = Kebaikan
Khairani = Kebaikanku
Khair, Khairi = Kebaikan, kebajikanku
Khairin = Kebaikan
Khairul Anwar = Cahaya yang baik
Khairuddin = Sebaik-baik agama, kebaikan agama
Khairullah = Kebaikan dari Allah
Khairul Amirin = Sebaik-baik pembina
Khairul Anam = Sebaik-baik manusia
Khairul Harisin = Sebaik-baik pengawal
Khairul Ikhwan = Persaudaraan yang baik
Khairun Nas = Sebaik-baik manusia
Khairul Zaman = Sebaik-baik masa
Khaizuran = Ketua, pemimpin
Khalaf = Anak yang baik, pengganti, ulama
Khalas = Yang selamat
Khadhi = Orang yg rendah hati
Khairi Habibullah = Kebaikan, kekasih Alloh
Khairul Anam = Sebaik-baik manusia
Khairul Hadi = Sebaik-baik yang memberi petunjuk
Khairul Jamal = Sebaik-baik keindahan
Khairul Umam = Sebaik-baik umat, nama seorang seniman
Khaldun = Kekal, nama seorang ahli sejarah
Khalid (Abd) = Yang kekal
Khalil = Sahabat, Kesayangan
Khalifah = Pengganti, wakil
Khalili = Sahabat
Khalis, Khalish = Suci, ikhlas, murni
Khallad = Yang kekal
Khan = Ketua, pemimpin
Khasyi = Orang yg khusu’ dlm sholat
Khattab, Khatthab, Khatib, Khathib = Ahli pidato
Khawatim = Akhir, cincin
Khayam = Pembuat khemah
Khayru = Lebih baik
Khazin = Penyimpan harta negara, bendahara
Khazindar = Penjaga kekayaan
Khidir = Nama nabi, orang shaleh kawan Nabi Musa AS
Khilfi = Pengganti
Khithoba = Berbicara
Khiyar = Pilihan terbaik
Khobir = Yang mengetahui dengan sebenarnya, ahli mengetahui
Khosyi = Orang yang khusyu’ dalam shalat
Khodhi’ = Orang yang rendah hati
Khodim = Jejaka
Khofiqur Ruh = Yang menarik hati
Khoir = Baik, lebih baik
Khoiri, Khoiron = Kebaikan
Khoir Sholih = Baik, sholih
Khoiruddin = Yang baik agamanya
Khoirul Anam = Sebaik-baik makhluk
Khoirullah = Kebaikan dari Alloh
Khoirun Maqoma = Lebih baik tempat tinggalnya
Khoirun Marodda = Lebih baik kesudahannya
Khoirun Nuzula = Hidangan yg lebih baik
Khola’ifal Ardhi = Penguasa-penguasa di muka bumi
Khorulfashilin = Pemberi keputusan yang baik
Khozin = Penyimpan harta
Khuararizmi = Nisbah
Khudari = Nisbah
Khumaini = Pandangan yang jauh
Khursyid = Matahari
Khuwailid = Kekal
Kiram = Mulia
Kiraman = Mulia
Labib = Cerdik, munasabah, bijaksana, cerdas
Labid = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Lahmuddin = Kekuatan agama
La’iq = Yang layak
Lais = Berani
Lamani = Kegemilanganku
Lamih = Mengkilat
Lami’ = Mengkilat
Lamin = Kepercayaan
Lathif = Halus budi, sopan
Latif = Lembut, bersopan
Lazim, Lazman = Tetap
Liaqat = Kebolehan, keupayaan
Libasut Taqwa = Pakaian taqwa
Lisana Shidqin = Buah tutur yang baik
Liwauddin = Panji agama
Liwaun Nasari = Panji kemenangan
Lizam = Yang mendiami
Lu’ay = Nama seorang datuk Nabi Muhammad SAW
Lubaid = Yang kaya
Lubawi = Yang pintar
Lujain, Lujaini = Keputihan, perak
Lukman, Luqman = Nama nabi, bijaksana, jalan yg jelas
Luqmanul Hakim = Luqman yang bijaksana
Lutfan = Lemah lembut
Luthfi = Keramah-tamahan
Luthfi Hamid = Keramah-tamahan yang terpuji
Luthfi Yazid = Keramah-tamahan, bertambah
Lutfi = Kehalusanku, lembut
Lutfilah = Taufik Allah
Lutfil Hadi = Taufik Allah Yang Hadi
Lutfir Rahman = Pertolongan Allah
Luth = Nama nabi
Luzman = Tetap
Ma’ayisy = Penghidupan, keperluan2 hidup
Maajid = Mulia
Maalik = Yang memiliki
Maamar = Kemakmuran
Maarif = Kecantikan, pengetahuan
Maasyir = Pandai bergaul
Mabruk = Yang diberkati
Mabrur = Membuat kebajikan
Madani = Kemajuan
Mahadhir = Menulis kebaikan
Mahasin = Kebaikan
Mahamid = Pujian, terpuji
Mahbub = Dikasihi, disukai, dicintai
Mahdi = Yang mendapat hidayah
Mahfuz = Terpelihara
Mahir = Pakar
Mahmud = Terpuji
Mahran = Kebijaksanaan
Mahrus = Yang dijaga
Mahzuz = Bernasib baik
Ma’in = Air mengakir yg sangat jernih
Maisur = Yang senang
Majad = Kemuliaan
Majdi = Kemuliaanku, kemuliaan
Majduddin = Kemuliaan agama
Majid = Dihormati
Makarim = Kemuliaan
Makhlad = Yang kekal
Makhluf = Maju
Ma’mun = Aman, yg dapat dipercaya
Malazi = Tempat perlindungan
Ma’lum = Yang diketahui
Mamduh = Terpuji
Manaf = Ketinggian, kenaikan
Manan = Pemurah
Mansur = Pemenang, yang mendapat pertolongan
Manzur = Yang boleh diterima, dipersetujui
Maqbul = Diterima, dipersetujui
Mar’ie = Terpelihara
Marjan = Batu karang
Marzuq = Yang mendapat rezeki
Marzuqi = Rezekiku
Marwan = Urusan yang lurus, seorang Khalifah dari Bani Umayyah
Masrur = Yang riang, suka
Masyhur = Kesohor
Masykur = Yang bersyukur
Mas’ud = Bertuah, bahagia
Masyhad = Kesaksian
Masyahadi = Persaksianku, tuntutanku
Masyruh = Lapang dada
Masun = Yang terpelihara
Matlub = Cita-cita
Maula = Pemimpin
Maulawi = Yang berzuhud (Maulana)
Mawardi = Nisbah, air mawarku
Mazhud = Yang zuhud
Maziz = Mulia
Miftah = Pembuka, perintis
Mifzal = Teramat mulia
Mikbad = Ibadah
Mikdam = Berani
Mikyad = Yang bertaubat
Minhaj = Acara, biasa
Mirza = Anak yang baik
Misbah = Pelita, cahaya
Mizwar = Rajin berkunjung
Muammar = Panjang umur
Muawiyah = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Muayyad = Kuat, menang
Muaz = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Muazzam = Dihormati, disanjungi
Mubarak = Yang diberkahi
Mubasyir = Pembawa petanda yang baik
Mubin = Sinar, jernih
Mudrik = Berakal, memahami
Mughis = Penolong
Muhaimin = Yang memelihara dan mengawal
Muhajir = Yang berhijrah
Muhammad = Yang terpuji, di rahmati
Muharram = Bulan Muharram
Muhazzab = Terdidik
Muhibbuddin = Pengasih agama
Muhsin = Yang berbuat kebaikan
Muhib = Kekasih, peminat
Muhtadi = Beroleh hidayah
Muhyiddin = Yang menghidupkan agama
Muinuddin = Pembela agama
Muizzuddin = Penyokong agama
Mujahid = Pejuang Islam
Mujib = Penyahut
Mujibuddin = Penyahut agama
Mujibur = Penyahut seruan Allah Yang Maha Pengasih
Mujtaba = Yang terpilih
Muktasim = Terjaga
Mukhtar = Terpilih
Mukti = Pemberani
Mu’min = Seorang yang beriman
Mulhim = Pemberi inspirasi
Munabbih = Pemberi peringatan
Muntasir = Pemenang
Munawwar = Berkilau
Munawwir = Bersinar
Munir = Yang menerangi
Munsif = Adil, bijaksana, jujur
Muntazar = Yang diawasi
Munzir = Yang memberi amaran
Muqtadir = Yang berkemampuan
Muqri = Ahli ibadat
Murad = Keinginan, cita, tujuan, maksud
Muradi = Harapanku
Mursil = Wakil
Mursyid = Pembimbing, guru, pemberi petunjuk
Murtadho = Diridhoi
Mus’ab = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Musa = Nama nabi
Mus’ad = Yang bahagia
Musaid = Penolong
Musawi = Yang adil
Musayyad = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Muslih = Yang membaiki, membuat perubahan
Muslihin = Yang memulihkan
Muslihuddin = Pemulih agama
Muslim = Menyerah diri kepada Allah
Mustafa, Mushthafa = Terpilih
Mustaqim = Yang lurus
Musyrif = Tinggi, pengawas
Mutalib = Yang menuntut dari masa ke semasa
Muwaffaq = Untung
Muzaffar = Kemenangan
Naashif = Adil, insyaf, pelayan
Nabawi = Bersifat kenabian
Nabhan = Perwira, berwaspada, mulia, terkenal
Nabih = Cerdik, Mulia
Nabihan = Mulia, masyhur
Nabil = Yang cerdik, mulia, mahir, dermawan, bijaksana, seseorang penuh kehormatan
Nadhir = Indah, elok
Nadhmi = Teratur, disiplin
Nadi = Tempat pertemuan
Nadir = Berseri-seri
Nadhif = Bersih
Nadhim = Pengatur
Nadhir = Indah, elok
Nadim = Rekan, sahabat
Nafil = Tambahan
Nafis = Bernilai, berharga
Nafiz = Yang melaksanakan
Nafi’ = Yang berguna
Nahar = Keluasan sungai
Nahdan = Kebangkitan
Nahid = Anak dalam masa puber
Nahlan = Berbisa
Naif = Tinggi, berkedudukan, menonjol
Nail, Na’il = Yang suka memberi, penyelesai masalah
Naim, Na’im = Kesenangan, kenikmatan
Najah = Kemenangan
Najdat = Berani
Naji = Selamat, Onta yang lari cepat
Najib = Keturunan yang mulia, utama, bernilai
Najid = Gagah, berani
Najih = Yang menang
Najmi = Bintang, bintangku
Najmuddin = Bintang agama
Najmussabah = Bintang subuh
Najwan = kemenangan
Naqib = Yang menjamin
Naqiuddin = Kebersihan agama
Nasab = Keturunan mulia
Nashif = Adil, insaf, pelayan
Nashir = Penolong, pembela
Nashiruddin = Penolong Agama
Nashrullah = Kemenangan dari Alloh
Nasih = Pemberi nasehat, setia, loyal, ikhlas
Nasim = Angin sepoi-sepoi
Nasr, Nasir, Nasran = Pertolongan
Nashrullah = Kemenangan dari Allah
Nasiruddin = Pembela agama
Nasri = Pertolonganku, kemenanganku
Nasrat = Kemenangan
Nasruddin = Pertolongan agama
Nasrullah = Pertolongan Allah
Nasrul Haq = Pertolongan kebenaran
Nasif = Yang insaf
Nasyat = Kecergasan
Naufal = Dermawan
Nawaf = Tinggi
Nawi = Ketua
Nawab = Pemimpin, pemerintah
Nawaf = Nama populer orang Arab
Nawfal = Nama populer orang Arab
Nawwaf = Yang menonjolkan
Nawwar = Pemberi cahaya
Nazhan = Jauh dari yang dieji
Nazim = Penyajak
Nazmi = Bintangku, keindahanku
Nazri = Pandanku
Nazran = Persembahan untuk Allah
Nazir = Bandingan
Nazih = Yang bersih, bersih dari noda cacat
Nikmat = Rahmat
Nidal = Perjuangan, menang
Nidham = Peraturan
Nizam = Peraturan
Nizar = Yang memerintah, sedikit berbicara, sedikit memberi
Niamuddin = Peraturan agama
Niyaz = Doa, harapan
Nuh = Nama nabi
Numan = Darah
Nu’man = Kebaikan, kenikmatan
Nuaim = Nikmat
Nufail = Pemberian, hadiah
Nuri = Cahayaku, bercahaya
Nurhan = Cahaya raja
Nuruddin = Cahaya agama
Nurul Haq = Cahaya kebenaran
Nurul Hidayah = Cahaya petunjuk
Nusari = Pertolongan
Nurul Islam = Cahaya Islam
Nuwair = Cahaya
Qabus = Orang yg gagah, tampan dan baik kulitnya
Qa’id = Pemimpin
Qadir = Kemampuan
Qaiser = Raja
Qani’ = Puas
Qarin = Yang dekat, teman
Qashid = Yang menuju pd kemudahan
Qasim = Orang yg memberi
Qaulalhaq = Perkataan yang benar
Qiyaman = Pokok kehidupan
Qobus = Lelaki berwajah tampan
Qoid, Qo’id = Pemimpin
Qosim = Ganteng, yang membagi
Qosiim = Yang molek, bagian
Qudamah = Lama, dahulu
Quraisy = Suku bangsa arab asal Rasulullah SAW
Qushayyi = Jauh pemikirannya, nama nenek moyang Nabi
Quthb, Qutub = Pemimpin, kutub
Rabah = Usaha, keuntungan
Rafaat = Sangat lembut, cinta
Rabbani = Arif dan soleh
Rabbi’ = Musim semi
Rabiti = Yang zahid
Raidi = Pelopor
Radi = Yang ridha
Rafa = Bahagia
Rafi, Rafi’ = Tinggi derajatnya
Rafidan = Sungai Dajlah dan Furat
Rafid = Penolong, pengawal, pemberi
Rafie = Tinggi dan mulia
Rafiq = Pendamping
Rafiqi = Pendampingku
Rafiqin = Pendamping
Rafiuddin = Pendukung agama
Raghib = Yang menyukai
Rahimi = Kesayanganku
Rahman = Pemurah
Rahmani = Kesayanganku
Rahmi = Belas kasih
Rahmuni = Yang penyayang
Rahmat = Rahmat, belas kasihan
Rahmatullah = Rahmat Allah
Raid = Perintis, ketua, pemimpin
Raihan = Bunga surga, tumbuhan yg harum
Raimi = Keutamaanku
Raif = Pengasih
Rais = Ketua
Raiyan = Yang puas
Raja’ = Harapan
Rajab = Bulan Rajab
Rajauddin = Harapan agama
Rajaie = Harapanku
Rajih = Timbangan yang mantap
Rakin = Dihormati
Ramadhan = Bulan Ramadhan
Rami = Penuh kasih
Ramli = Penelitianku
Raihan = Wangi, harum
Ramzi = Lambangku
Rana, Rania = Kesukaan, kesenangan
Raqilla = Yang selalu berbuat kebajikan
Rashad = Kedewasaan, berperasaan baik
Rashin = Yang bagus, yang tetap
Rasin = Yang mantap
Rasmi = Yang rasmi, lukisanku
Rasuli = Wakilku, utusanku
Rasyad = Memperoleh petunjuk
Rasydan = Mendapat petunjuk
Rasyid = Petunjuk, cerdas, mendapat petunjuk
Rauf = Pengasuh, bermurah hati
Rauhillah = Rahmat Alloh
Rawi = Tubuh serta akal yang sihat
Raqib = Penjaga, pengawal
Rawiyani = Keindahanku
Razi = Nisbah
Razin = Berakhlak, serius dlm perilaku
Raziq (Abd) = Hamba yang murah rezeki
Riyad = Taman yang subur makmur
Rida = Keredhaan
Ridauddin = Keridhaan agama
Ridha = Kepuasan hati, ridho
Ridwan = Keridhaan
Ridhwan = Keridhoan Allah
Riffat = Pangkat yang tinggi
Rifai = Yang tinggi dan mulia
Rif’at = Ketinggian
Rifid = Penolong
Rifqi = Lemah lembut, kawan pendamping
Riman = Kijang
Riyadh = Taman
Rizqullah = Rejeki dari Alloh
Ruknuddin = Sendi agama
Ruslan = Wakil, penyampai
Rusli = Wakilku
Rustam = Berani, kuat
Rusydi = Kecerdikanku, penunjuk jalan lurus
Rusyaidi = Yang cerdik
Rusydan = Petunjuk
Rusyduddin = Kelurusan agama
Ruwaidi = Angin sepoi-sepoi
Ruzain = Tempat ketenteramanku
Sa’adah = Kebahagiaan
Saadan = Kebahagiaan
Saad = Bahagia
Saaduddin = Agama yang membahagiakan
Saadi = Kebahagiaanku
Sa’airollah = Syiar2 Alloh
Sabalik = Sepotong emas, perak
Sab’atuabhur = 7 laut
Sabikah = Penambang emas, nama sahabat Nabi SAW
Sa’danah = Burung merpati, kebahagiaan
Sa’di = Bahagia
Sa’diyah = Kebahagiaan
Sa’dun = Kebahagian
Sabahi = Ketua pejuang
Sabiq = Yang mendahului
Sabiq = Yang mengalahkan, Yang mendahului
Sabil = Jalan
Sabit = Yang baik, pemurah
Sabir = Yang sabar
Sabqi = Keutamaanku
Sabran = Kesabaran
Sabri = Kesabaranku
Sadad = Kejujuranku, bertindak tepat
Sadat = Pimpinan
Sa’di = Bahagia
Sadid = Benar, tepat
Sadiq = Yang benar, jujur, berkata sesuai kenyataan
Sadruddin = Pemimpin agama
Sa’dun = Bahagia
Safaraz = Dihormati
Safiy = Yang bersih dan jujur
Safiuddin = Kesucian agama
Safir = Wakil, duta besar
Safwan = Bersih, ikhlas, nama populer orang Arab
Saghir = Yang mengikut
Sahar = Akhir malam sebelum fajar
Sahil = Mudah, senang
Sahlan = Mudah, senang
Sahnon = Kehalusan
Sahli = Kemudahanku
Sa’i = Yang berjalan cepat, yang berusaha
Said = Bahagia
Sa’ud = Bahagia
Saidun = Yang berbahagia
Saif = Pedang
Saifuddin = Pedang agama
Saiful Islam = Pedang Islam
Saifullah = Pedang Allah
Sa’ihat = Yang berpuasa
Sajid = Orang yang sujud
Sakhawi = Kemurahan hati
Sakinah = Ketenangan, ketentraman
Salam = Keselamatan, keamanan
Salamat = Kesejahteraan
Salim = Selamat, terkawal
Saliman = Kesejahteraan
Salman = Selamat, terkawal
Salahuddin = Kebaikan agama
Salam = Kesejahteraan, keselamatan, keamanan
Samad = Serba baik
Samah = Toleransi
Samhari = Lembing yang keras
Sami = Tinggi kedudukannya
Samih = Pemaaf, pemurah, lemah lembut, toleran
Samir, Samirah = Penghibur, teman ngobrol
Samran = Pertolongan
Sama’an = Yang patuh
Samir = Penghibur, teman ngobrol
Sam’un = Pendengaran
Sanad = Tempat bergantung
Sanim = Yang derajatnya tinggi
Saniy = Yang tinggi, mulia
Sarah = Istri Nabi Ibrahim as
Sarhan = Kemudahan
Sarwan = Mempunyai kemuliaan dan kemurahan
Satir = Orang yang menutupi Aib dan dosa
Sattar = Menutup cela, aib
Sa’ud = Bahagia
Sayid = Tuan, kepala kaum, pemimpin
Shabhi = Pagi hari
Shabih = Bagus
Shabir, Shabur = Penyabar
Shabri = Sabar
Shaddam = Benturan
Shadiq = Benar, jujur
Shafar = Bulan Safar
Shafi = Jernih
Shafiy = Tenteram suci
Shafwan = Teman akrab, cinta ikhlas
Shahib = Teman
Shaib = Tepat mengenai sasaran
Shalah = Perbaikan, kebaikan
Shalahuddin = Kebaikan agama
Shalih = Baik
Sharaf = Kehormatan
Sharim = Berani, pedang tajam
Shibghotallah = Fitrah ALloh
Shiddiqin = Orang2 yg benar dlm ucapan dan perbuatan
Shidiq = Selalu membenarkan, julukan utk sahabat Abu Bakar
Shidqi, Shidqie = Benar, jujur
Shobhi = Pagi hari
Shobir = Penyabar
Shodiq = Benar, Jujur
Shofi = Jernih
Shohib = Teman
Shoib = Tepat mengenai sasaran
Shorim = Berani, Pedang Tajam, Singa
Shakil = Indah
Shalah = Perbaikan, kebaikan
Shaleh = Baik
Shiddiq = Membenarkan
Shidqi = Benar, Jujur
Shofwan = Teman akrab, cinta ikhlas
Siddiq = Yang membenarkan
Sidqi = Kebenaranku
Silmi = Kedamaianku
Sinwan = Kembar
Siraj = Pelita, lampu
Sirajuddin = Pelita agama
Sirhan = Berani, singa
Sirin = Nama seorang tabi’ie
Soleh = Yang baik
Solihin = Yang baik
Solihan = Yang baik
Subhi = Subuh
Su’da = Bahagia
Sufyan = Nama sahabat nabi Muhammad SAW, nama tokoh ulama
Suhaib = Kemerah-meraha
Suhail = Senang, mudah
Suhaili = Kemudahanku
Sukainah = Tenang, tentram
Sulaim = Sejahtera
Sulaiman = Nama nabi, sejahtera
Sulaimi = Kesejahteraanku
Sulhidar = Bersenjata
Sulaimah = Selamat
Sulwan = Kepuasan
Sulthan = Suktan, bukti yang kuat
Sunbul = Tangkai, Nama Binatang
Sunni = Penganut ajaran sunah nabi saw
Surur = Kegembiraan
Suud = Bahagia
Suwadi = Rahasiaku
Suhaid = Lembut, tampan
Sufi = Ahli tasawuf
Sulthan = Sultan, Bukti yang kuat
Sya’a’irillah = Syi’ar2 Alloh
Sya’ban = Bulan Sya’ban
Syabibi = Berusia antara 15 dan 30 tahun
Syabil = Bintang
Syaddad = Yang perkasa
Syadi = Pandai bersyair dan bernyanyi
Syafaat = Pembelaan, pertolongan
Syafi = Penyembuh
Syafii = Penganut Imam Syafii
Syafiq = Penyayang, belas kasih
Syafi’ = Memberi syafa’at
Syahid = Mati Syahid
Syahin = Burung yang panjang sayapnya
Syahir = Terkenal
Syahiran = Terkenal
Syahabuddin = Bintang agama
Syahid = Mati syahid
Syahin = Tiang neraca
Syahmi = Mulia, berani, bijak
Syaiban = Mendung bersalju
Syakib = Nama tokoh muslim
Syakir = Bersyukur, pengenang budi
Syalia = Penghibur hati
Syamil = Menyeluruh
Syamini = Keharuman yang tinggi
Syamlan = Memilih kurma yang masak
Syammas = Pelayan ibadah
Syamsi = Matahariku
Syamsir = Pedang
Syamsul Bahri = Matahari lautan
Syamsulhadi = Matahari petunjuk
Syamsuddin = Matahari agama
Syamsuzaman = Matahari/ pelita masa
Syaraf = Kemuliaan
Syarafat = Harga diri
Syarafuddin = Yang mulia agamanya
Syarahil = Nama khabilah
Syarbini = Nama Pohon, Nama Ulama Besar
Sya’rani = Nisbah Syukran = Kesyukuran
Syarif = Dipuji, mulia
Syarifuddin = Kemuliaan agama
Syaukat = Kekuasaan
Syauqi = Rinduku
Syawal = Bulan syawal
Syazani = Kecergasanku
Syazwan = Haruman kasturi
Syazwi = Keharumanku
Syihab = Pecahan bintang, meteor
Syihabuddin = Bintang agama
Syuaib = Nama nabi
Syu’bah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Syubli = Anak singa
Syuja’ = Pemberani
Syukri = Kesyukuran
Syukur = Kesyukuran
Syuruq = Terbitnya matahari
Syuwari = Kecantikanku
Tabari = Nama ulama
Taba’un = Yang menurut
Tabi’un = Yang mengikut
Tabrani = Nama ulama
Tadwin = Pencatatan
Taha = Tertentu, nama nabi
Tahir = Yang bersih dan murni
Tahsin = Menghiasi, perbaikan
Tahfiz = Usaha menghafaz
Taib = Yang baik
Ta’ib = Yang bertaubat
Ta’iq = Yang rindu
Taisir = Memudahkan, kemudahan
Tafhim = Usaha memahami
Tahzir = Usaha memberi peringatan
Tajuddin = Mahkota agama
Tajuzzaman = Mahkota masa
Tal’ah = Tampil, maju
Talal = Keindahan
Tal’at = Ketinggian
Talhah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Talib = Penuntut
Tamam = Kesempurnaan, sempurna
Tamim = Kejadian sempurna, orang yang kuat
Tamrin = latihan, pembiasaan
Tamamul Qamar = Bulan purnama
Taqi = Bertakwa
Taqiuddin = Bertaqwa untuk agama, takwa dalam agama
Taqris = Berperisa
Tarif = Istimewa
Tariq = Bintang subuh, pengetuk hati
Tasnif = Mengarang
Tasnim = Air terjun dalam syurga
Taufiq = Pertolongan, petunjuk
Taufiq Alhakim = Taufiq (Allah) yang Hakim (bijaksana)
Taufiq Arrahman = Taufiq (Allah) Maha Pengasih
Taufiqillah = Petunjuk Allah
Tauhid = Kemurnian Iman ( Keesaan Allah )
Tauqan = Kemampuan hati
Tawadu = Merendah hati
Ta’wilul Ahadits = Tabir mimpi
Thabit = Yang tabah
Thabrani = Nama periwayat hadits
Thabrani Ismail = Nama periwayat hadits
Thaha = Dua huruf permulaan surat
Thahir = Bersih, Suci
Thalal = Keindahan, Keadaan yang baik
Thalib = Penuntut Ilmu, Yang Mencari
Thamin = Yang tinggi nilainya
Thamir = Berjaya, berbuah
Thaqif = Bijak dan cepat faham
Tharwan, Tharwat = Kekayaan
Thauri = Revolusi
Thifal = Lembut
Thilal = Embun, hujan gerimis
Thin Lazib = Tanah liat
Tho’il = Kemampuan
Thomi = Tinggi
Thoriq = Orang yang mengetuk malam hari
Thoyyib = Baik
Thubat = Pahlawan
Thufail = Lembut, Halus
Tijani = Mahkota
Tsab = Tetap, lurus, tak goyah
Tsabat = Keteguhan hati, ketetapan
Tsabit = Yang tetap
Tsa’ir = Pemberontak
Tsamarun = Buah
Tsamin = Berharga mahal, tinggi harganya
Tsamud Kaum Nabi Shaleh as
Tsauban = Kembali berkumpul
Tsaqib = Jitu
Tsawab = Pahala
Tufail = Pengantara, gaya yang menarik
Ubadah = Sahabat nabi Muhammad SAW, tekun beribadah
Ubaid = Hamba, sahabat nabi Muhammad SAW
Ubaidan = Penyembahan
Ubaidullah = Hamba Allah
Ubbad = Banyak ibadat
Ujab = Keajaiban
Ujum = Benteng pertahanan
Ukasyah = Sahabat nabi Muhammad SAW, laba-laba
Ukail = Pintar, pandai
Ulil Aidi = Yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar
Ulil Amri = Pemerintah, pemimpin, ulama
Ulul Albab = Orang-orang yang berakal, para cendikiawan
Ulul Arham = Orang-orang yang punya hubungan darah
Ulul Azmi = Orang-orang yang mempunyai keteguhan hati
Ulul Fadhli = Orang-orang yang mempunyai kelebihan
Ulwan = Ketinggian, tinggi, jelas
Umar = Yang memakmurkan
Umair = Maju
‘Umair = Nama orang dahulu
Umaiyah = Sahabat Nabi Muhammad SAW
Umran = Kemakmuran
Umron = Pembangunan, ramai penduduk
Urwah = Singa
Usaid = Berani, singa
Usaimin = Dari Uthman
Ushaim = Memelihara dari keburukan
Usyair = Kawan, suami
Utaibah Persimpangan lembah
Uthman = Rajin dan gigih
Utbah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Uwais = Pemberian
Uwamir = Nama Orang dahulu
Uzair Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Uzzam = Singa
Waazin = Pengajaran
Wa’adi = Janjiku
Wabil = Pemurah, hujan lebat
Wadhoh = Wajahnya bagus, kulit putih
Wadi, Wadi’ = Aman, tenteram, tenang
Wadihan = Cantik
Wadud = Penyayang, cinta, dicintai
Wafdan = Perutusan yg terhormat
Wafi = Sempurna
Wafid = Tamu
Wafiq = Berjaya
Wafir = Lengkap - banyak kebaikannya
Wafiuddin = Setia pada agama
Wafiy = Setia, jujur
Wafri = Kekayaanku, keluasanku
Wahab = Pemberian
Wahib = Pemberi
Wahid = Tunggal, sendirian
Wahiduddin = Terulung pada agamanya
Wahiduz Zaman = Terulung pada zamannya
Wahnan = Mudah, senang
Wail, Wa’il = Perteduhan, perlindungan, yang kembali (berlindung) kepada Allah
Waiz = Penasihat, mubaligh
Wajdi = Kesayanganku, cinta, gembira, kaya, kuasa
Wajih = Orang yang berkedudukan
Wajihuddin = Yang terkemuka dalam agama
Waldan = Anak baik
Wali = Kekasih, pelindung
Walid = Kelahiran, yang dilahirkan
Waliuddin = Pembela dan pemelihara agama
Waqar = Ketenangan dan sopan santun
Waqur = Ketenangan dan kesopanan
Waqqas = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Waqiuddin = Pemelihara agama
Wardi = Bunga mawarku
Warid = Berani
Waris = Pewaris
Washif = Punya Sifat tertentu
Washil = Menyambung hubungan kekeluargaan
Wasil = Penghubung silaturrahim
Wasim = Rupawan
Wathiq = Yang berkeyakinan
Wazien = Pendapat yang kukuh
Wazif = Yang tekun, gigih
Wazir = Menteri, yang berkuasa
Wazni = Yang menimbang secara adil
Widad = Cinta, cita-cita
Wijdan = Sanubari, hati
Wisam = Pertanda, bintang kehormatan, medali
Yaala = Kemuliaan, tinggi
Yaaqub = Nama nabi
Yaarub = Mahir bahasa arab
Yaasir = Orang yang mudah
Yafi’ = Mulia, dihormati, tinggi
Yahya = Nama nabi, yang hidup
Yajri = Mengalir, berlari
Yakut = Permata
Yamin = Yang berkat
Yaqzan = Yang berwaspada
Yaqin = Penuh keyakinan
Ya’rub = Berbicara dgn bahasa Arab
Yaasiin = Ayat pertama surat yaasiin
Yasin = Nama nabi
Yasir = Yang senang
Yaslam = Yang selamat, berserah
Yassaar = Kekayaan, kemewahan
Ya’sub = Pemimpin kaum
Yasykur = Bersyukur
Yatim = Yang sangat berharga, tidak bandingannya
Yawar = Pengawal peribadi
Yazdan = Belas kasihan
Yazid = Berkat, bertambah, lebih
Yunan = Nama ulama
Yunus = Nama nabi
Yusri = Kesenanganku
Yusron = Kemudahaan
Yusuf = Nama Nabi
Zaalan = Rajin, giat
Zaafarani = Harum, wangi
Zabad = Keharuman kasturi
Zabadi = Keharumanku
Zabarjad = Batu permata seperti zamrud
Zabdan = Pemberian
Zabidi = Yang memberi
Zabir = Pintar, kuat
Zabran = Kuat, mampu
Zafar = Kemenangan/kejayaan
Zafir = Yang berjasa
Zafran = Kejayaan
Zafri = Kemenanganku
Zahab = Emas
Zahabi = Keemasan
Zahar = Sangat bergemerlapan
Zahid, Zahidi = Yang menjauhkan diri dari kemewahan, rendah hati
Zahil = Yang tenang
Zahin = Yang cerdik
Zahir = Yang cantik, berseri, cemerlang, warna cerah
Zahirul Haq = Pendukung Hak
Zahiruddin = Pembela agama
Zahran = Bunga, Keindahan, berseri, cantik
Zahwan = Sedap dipandang
Zaid = Pertambahan, kelebihan
Zaidan, Zaidun, Zaidi = Tambahan, kelebihan
Zaim, Za’im = Pemimpin
Za’im Sa’id = Bertanggungjawab, bahagia
Za’im Ukhrowi = Pemimpin akhirat
Zain, Zaini, Zainun = Bagus, perhiasan, perhiasanku
Zainuddin = Perhiasan agama
Zainul Abidin = Perhiasan orang beribadat
Zainul Ariffin = Perhiasan orang arif
Zainul Muttaqin = Perhiasan orang bertakwa
Zaiyani = Hiasanku
Zakaria = Nama nabi
Zaki = Yang cerdik, harum, suci, tumbuh dengan baik, bersih
Zakir = Yang mengenang, berzikir
Zakur = Yang kuat ingatan
Zakwan = Yang cerdik, yang harum
Zaman = Nasib
Zamanat = Yang dijamin
Zamil = Teman, kawan
Zamir = Suara hati, anak kecil yang cantik
Zamri = Kecantikanku
Zamzam = Air zamzam
Zanjabil = Susu jahe hidangan di surga
Zaqhlul = Nama tokoh Mesir
Zar’ah = Tanaman
Zarif = Periang, berjenaka
Zawawi = Himpunan kebaikan
Zawwar = Banyak ziarah
Zawir = Ketua, pemimpin
Zayan = Yang cantik
Zayani = Kecantikanku
Zayyad = Semakin bertambah
Ziad = Nama populer orang Arab
Zihni = Kefahamanku, kekuatan akalku
Zikri = Ingatanku, kenanganku
Zimam = Yang utama, pemimpin
Ziqri = Terpuji, Yang Memuji Allah
Ziyad = Pertambahan, kelebihan
Zubaidi = Pilihanku yang terbaik
Zubari = Gagah perkasa, pintar
Zufar = Singa, pemberani, pemurah
Zuhair = Yang tenang, bercahaya, keindahaan
Zuhairi = Yang berseri
Zuhdi = Zuhud, rendah hati, tidak rakus dunia
Zuhri = Kecantikanku
Zuhaily = Yang tenang
Zuhnun = Yang cerdik
Zulfadhli = Yang mempunyai kelebihan
Zulfan = Taman
Zulfaqar = Nama pedang Nabi Muhammad SAW
Zumar = Anak kecil yang cantik

6 Kerusakan Valentine’s Day

Posted: 11 Feb 2009 02:54 AM CST
Alhamdulillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubarokan fih kama yuhibbu robbuna wa yardho. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.

Cikal Bakal Hari Valentine
Sebenarnya ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day. Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia 1998).
Kaitan Hari Kasih Sayang dengan Valentine
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual paganisme.
Selanjutnya kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.
Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)
Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”
Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
Penutup
Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Panggang, Gunung Kidul, 12 Shofar 1430 H
Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
ShareThis
Bahaya Orang yang Enggan Melunasi Hutangnya
Posted: 11 Feb 2009 01:33 AM CST
Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad, wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Risalah kali ini adalah lanjutan dari risalah sebelumnya. Pada risalah sebelumnya, kami telah menjelaskan mengenai keutamaan orang yang memberi pinjaman, keutamaan memberi tenggang waktu pelunasan dan keutamaan orang yang membebaskan sebagian atau keseluruhan hutangnya. Pada risalah kali ini agar terjadi keseimbangan pembahasan, kami akan menjelaskan beberapa hal mengenai bahaya orang yang enggan melunasi hutangnya. Semoga bermanfaat.

Keutamaan Orang yang Terbebas dari Hutang
Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فَارَقَ الرُّوحُ الْجَسَدَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاَثٍ دَخَلَ الْجَنَّةَ مِنَ الْكِبْرِ وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ
“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] hutang, maka dia akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah no. 2412. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih). Ibnu Majah membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan keras mengenai hutang.”
Mati Dalam Keadaan Masih Membawa Hutang, Kebaikannya Sebagai Ganti
Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih). Ibnu Majah juga membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan keras mengenai hutang.”
Itulah keadaan orang yang mati dalam keadaan masih membawa hutang dan belum juga dilunasi, maka untuk membayarnya akan diambil dari pahala kebaikannya. Itulah yang terjadi ketika hari kiamat karena di sana tidak ada lagi dinar dan dirham untuk melunasi hutang tersebut.
Urusan Orang yang Berhutang Masih Menggantung
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan hutangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi no. 1078. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi)
Al ‘Iroqiy mengatakan, “Urusannya masih menggantung, tidak ada hukuman baginya yaitu tidak bisa ditentukan apakah dia selamat ataukah binasa, sampai dilihat bahwa hutangnya tersebut lunas atau tidak.” (Tuhfatul Ahwadzi, 3/142)
Orang yang Berniat Tidak Mau Melunasi Hutang Akan Dihukumi Sebagai Pencuri
Dari Shuhaib Al Khoir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِىَ اللَّهَ سَارِقًا
“Siapa saja yang berhutang lalu berniat tidak mau melunasinya, maka dia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dalam status sebagai pencuri.” (HR. Ibnu Majah no. 2410. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)
Al Munawi mengatakan, “Orang seperti ini akan dikumpulkan bersama golongan pencuri dan akan diberi balasan sebagaimana mereka.” (Faidul Qodir, 3/181)
Ibnu Majah membawakan hadits di atas pada Bab “Barangsiapa berhutang dan berniat tidak ingin melunasinya.”
Ibnu Majah juga membawakan riwayat lainnya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ
“Barangsiapa yang mengambil harta manusia, dengan niat ingin menghancurkannya, maka Allah juga akan menghancurkan dirinya.” (HR. Bukhari no. 18 dan Ibnu Majah no. 2411). Di antara maksud hadits ini adalah barangsiapa yang mengambil harta manusia melalui jalan hutang, lalu dia berniat tidak ingin mengembalikan hutang tersebut, maka Allah pun akan menghancurkannya. Ya Allah, lindungilah kami dari banyak berhutang dan enggan untuk melunasinya.
Masih Ada Hutang, Enggan Disholati
Dari Salamah bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
Kami duduk di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu didatangkanlah satu jenazah. Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyolati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkanlah jenazah lainnya. Lalu para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah shalatkanlah dia!” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Iya.” Lalu beliau mengatakan, “Apakah dia meninggalkan sesuatu?” Lantas mereka (para sahabat) menjawab, “Ada, sebanyak 3 dinar.” Lalu beliau mensholati jenazah tersebut.
Kemudian didatangkan lagi jenazah ketiga, lalu para sahabat berkata, “Shalatkanlah dia!” Beliau bertanya, “Apakah dia meningalkan sesuatu?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Tidak ada.” Lalu beliau bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?” Mereka menjawab, “Ada tiga dinar.” Beliau berkata, “Shalatkanlah sahabat kalian ini.” Lantas Abu Qotadah berkata, “Wahai Rasulullah, shalatkanlah dia. Biar aku saja yang menanggung hutangnya.” Kemudian beliau pun menyolatinya.” (HR. Bukhari no. 2289)
Dosa Hutang Tidak Akan Terampuni Walaupun Mati Syahid
Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ
“Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR. Muslim no. 1886)
Oleh karena itu, seseorang hendaknya berpikir: “Mampukah saya melunasi hutang tersebut dan mendesakkah saya berhutang?” Karena ingatlah hutang pada manusia tidak bisa dilunasi hanya dengan istighfar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Sering Berlindung dari Berhutang Ketika Shalat
Bukhari membawakan dalam kitab shohihnya pada Bab “Siapa yang berlindung dari hutang”. Lalu beliau rahimahullah membawakan hadits dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَانَ يَدْعُو فِى الصَّلاَةِ وَيَقُولُ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ » . فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مِنَ الْمَغْرَمِ قَالَ « إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ » .
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a di akhir shalat (sebelum salam): ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang).”
Lalu ada yang berkata kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kenapa engkau sering meminta perlindungan adalah dalam masalah hutang?” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika orang yang berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan mengingkari.” (HR. Bukhari no. 2397)
Al Muhallab mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat dalil tentang wajibnya memotong segala perantara yang menuju pada kemungkaran. Yang menunjukkan hal ini adalah do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berlindung dari hutang dan hutang sendiri dapat mengantarkan pada dusta.” (Syarh Ibnu Baththol, 12/37)
Adapun hutang yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung darinya adalah tiga bentuk hutang:
Hutang yang dibelanjakan untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah dan dia tidak memiliki jalan keluar untuk melunasi hutang tersebut.
Berhutang bukan pada hal yang terlarang, namun dia tidak memiliki cara untuk melunasinya. Orang seperti ini sama saja menghancurkan harta saudaranya.
Berhutang namun dia berniat tidak akan melunasinya. Orang seperti ini berarti telah bermaksiat kepada Rabbnya. Orang-orang semacam inilah yang apabila berhutang lalu berjanji ingin melunasinya, namun dia mengingkari janji tersebut. Dan orang-orang semacam inilah yang ketika berkata akan berdusta. (Syarh Ibnu Baththol, 12/38)
Itulah sikap jelek orang yang berhutang sering berbohong dan berdusta. Semoga kita dijauhkan dari sikap jelek ini.
Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berlindung dari hutang ketika shalat? Ibnul Qoyyim dalam Al Fawa’id (hal. 57, Darul Aqidah) mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak hutang karena banyak dosa akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak utang akan mendatangkan kerugian di dunia.”
Inilah do’a yang seharusnya kita amalkan agar terlindung dari hutang: ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang).
Berbahagialah Orang yang Berniat Melunasi Hutangnya
Ibnu Majah dalam sunannya membawakan dalam Bab “Siapa saja yang memiliki hutang dan dia berniat melunasinya.” Lalu beliau membawakan hadits dari Ummul Mukminin Maimunah.
كَانَتْ تَدَّانُ دَيْنًا فَقَالَ لَهَا بَعْضُ أَهْلِهَا لاَ تَفْعَلِى وَأَنْكَرَ ذَلِكَ عَلَيْهَا قَالَتْ بَلَى إِنِّى سَمِعْتُ نَبِيِّى وَخَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدَّانُ دَيْنًا يَعْلَمُ اللَّهُ مِنْهُ أَنَّهُ يُرِيدُ أَدَاءَهُ إِلاَّ أَدَّاهُ اللَّهُ عَنْهُ فِى الدُّنْيَا ».
Dulu Maimunah ingin berhutang. Lalu di antara kerabatnya ada yang mengatakan, “Jangan kamu lakukan itu!” Sebagian kerabatnya ini mengingkari perbuatan Maimunah tersebut. Lalu Maimunah mengatakan, “Iya. Sesungguhnya aku mendengar Nabi dan kekasihku shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang muslim memiliki hutang dan Allah mengetahui bahwa dia berniat ingin melunasi hutang tersebut, maka Allah akan memudahkan baginya untuk melunasi hutang tersebut di dunia.” (HR. Ibnu Majah no. 2399. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih kecuali kalimat fid dunya -di dunia-)
Dari hadits ini ada pelajaran yang sangat berharga yaitu boleh saja kita berhutang, namun harus berniat untuk mengembalikannya. Perhatikanlah perkataan Maimunah di atas.
Juga terdapat hadits dari ‘Abdullah bin Ja’far, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الدَّائِنِ حَتَّى يَقْضِىَ دَيْنَهُ مَا لَمْ يَكُنْ فِيمَا يَكْرَهُ اللَّهُ
“Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang berhutang (yang ingin melunasi hutangnya) sampai dia melunasi hutang tersebut selama hutang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 2400. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam membayar hutang. Ketika dia mampu, dia langsung melunasinya atau melunasi sebagiannya jika dia tidak mampu melunasi seluruhnya. Sikap seperti inilah yang akan menimbulkan hubungan baik antara orang yang berhutang dan yang memberi hutangan.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحْسَنُكُمْ قَضَاءً
“Sesungguhnya yang paling di antara kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.” (HR. Bukhari no. 2393)
Ya Allah, lindungilah kami dari berbuat dosa dan beratnya hutang, mudahkanlah kami untuk melunasinya.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shollallahu ‘ala nabiyyiina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Kami ucapkan jazakumullah khoiron kepada guru kami Al Ustadz Aris Munandar yang telah mengoreksi ulang tulisan ini. Semoga Allah selalu memberkahi ilmu dan umur beliau.
Yogyakarta, 6 Shofar 1430 H
Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya
***
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id