Sunday, November 27, 2011

Analisis Syair Mu'allaqat


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar belakang Masalah


“Seni paling unggul adalah seni yang mampu membangkitkan hasrat-berkehendak setelah sekian lama tersumbat. Oleh karena itu, seni untuk seni adalah sebuah rekayasa cerdas dari kebobrokan yang mengecoh dan menipu agar kita semakin terasing dari realitas kehidupan dan kekuatan “(S.A Vahid dalam Iqbal, 1916). 


Seni harus menghayati manusia dan segala kehidupannya. Di samping memberi rasa nikmat, seni harus dapat memandu pikiran manusia. Oleh karena itu, tak disangsikan bahwa seni ekspresi estetik paling hulu adalah puisi. Induk segala bentuk ekspresi sastrawi, dan belum ada yang melampauinya. Itu sebabnya, penyair Arab pada masa jahiliyah mempunyai posisi sosial yang tinggi. Mereka termasuk para elite yang sangat diperhitungkan dalam kabilah. Dengan puisi, mereka mengungkapkan kebesaran kabilah. Dengan puisi, mereka sanggah dan mereka lawan tipu daya musuh.


Kekuatan puisi bisa mengobarkan semangat juang di masa perang, tetapi sekaligus dapat menciptakan suasana teduh dalam masyarakat. Karena posisi penyair yang demikian itu, maka kabilah-kabilah sangat bangga dan sangat menghormati para penyair yang muncul di kabilahnya. Penjamuan bagi para penyair sangat besar. Sebagai elit, mereka mempunyai kelebihan, baik dalam segi pengetahuan, wawasan maupun dalam segi pengaruh di tengah-tengah masyarakat. 


Puisi Arab yang paling terkenal pada zaman Jahiliyah adalah puisi-puisi al-Mu’allaqat. Dinamakan al-Mu’allaqat, karena puisi-puisi tersebut digantungkan pada dinding Kakbah. al-Mu’allaqat adalah Qasidah panjang yang indah yang diucapkan oleh para penyair jahiliyah dalam berbagai kesempatan dan tema. Sebagian Al-Mu’allaqot ini diabadikan dan ditempelkan didinding-dinding Ka’bah pada masa Jahiliyah. Para pujangga Al-Mu’allaqat berjumlah tujuh orang, yaitu Umru al-Qais, Amr' bin Kultsum at-Taghlibi dan al-Harits bin Hiliziah al-Bakri dikenal dengan puisinya yang bertemakan Al-Ghozal atau ungkapan cinta bagi sang kekasih, Zuhair bin Abi Sulma dikenal dengan puisinya yang bertemakan Al-Hikam atau kata-kata hikmah/mutiara, Antarah bin Syaddad al-Absi dikenal dengan puisinya yang bertemakan Al-Hamaasah atau semangat yakni untuk membangkitkan semangat ketika ada suatu peristiwa semacam perang atau membangun sesuatu, Tharafah bin Abdul Bakri dan Lubaid bin Rabi'ah al-Amiri dikenal dengan puisinya yang bertema Al-Madh atau pujian.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk menganalisis syair-syair dalam mu’allaqat tersebut.












BAB II
ANALISIS SYAIR




2.1 Umru’ al-Qais


Sebagian besar ahli sastra Arab berpendapat bahwa diantara puisi-puisi al-Mu'allaqat, puisi Umru' al-Qais merupakan puisi yang paling terkenal dan menduduki posisi penting dalam khazanah kesusastraan Arab Jahiliyyah. Mu'allaqat Umru' al-Qais merupakan peninggalan yang paling monumental yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan kesusastraan Arab pada masa-masa selanjutnya. Puisi-puisinya seringkali dipakai sebagai referensi dalam kajian ilmu-ilmu bahasa Arab seperti nahwu, sharf, maupun balaghah.


Keistimewaan puisi-puisinya, 


pada kekuatan daya khayalnya dan pengalaman dalam pengembaraannya. Bahasa yang digunakan sangat tinggi dan isinya padat. Bait-bait puisinya menggambarkan cerita yang panjang, satu bait puisinya memiliki tujuan yang sangat banyak. Ia juga dianggap sebagai orang pertama yang menciptakan cara menarik perhatian dengan cara istikafus-Shahby (yaitu cara mengajak orang untuk berhenti pada puing reruntuhan bekas rumah kekasihnya, hanya untuk sekedar mengenang masa percintaan), cara seperti ini sangat menarik bila digunakan dalam puisi ghazal (cara untuk merayu wanita).
Di bawah ini merupakan contoh puisi Umru' al-Qais dalam bab Ghazal yang menceritakan perjalanan bersama kekasihnya yang bernama Unaizah, seperti di bawah ini:


ويوم دخلت الخدر خدر عنيزة ¤ فقالت لك الويلات إنك مرجلى
تقول وقد مال الغبيط بنا معا ¤ عقرت بعيرى يا امرأ القيس فانزل
فقلت لها سيرى وارخى زمامه ¤ ولا تبعدينى من جناك المعلّل


"Suatu hari ketika aku sedang masuk ke dalam Haudat kekasihnya Unaizah, maka Unaizah berkata kepadaku: "Celakalah kamu, jangan kamu beratkan untaku".


"Ketika punggung untanya agak condong ke bawah (karena berat), maka ia berkata kepadaku: "Turunlah hai Umru al-Qais, janganlah kamu ganggu jalan untaku ini".


"Di saat itu, kukatakan kepadanya: "Teruskanlah perjalananmu dan lepaskanlah tali kekangnya, janganlah engkau jauhkan aku dari sisimu".


Analisis pada syair di atas, kita dapat mengetahui bagaimana cara Umrul Qais menggoda Unaizah kekasihnya dengan secara tiba-tiba menaiki unta yang sedang ditunggangi Unaizah. Ketika itu kekasihnya enggan satu tunggangan dengan Umrul Qais maka ia menyuruh Qais untuk turun dari untanya. Akan tetapi Qais tetap berada satu tunggangan dengan Unaizah, kemudian dia berkata "Teruskanlah perjalananmu dan lepaskanlah tali kekangnya, janganlah engkau jauhkan aku dari sisimu" . Bait dalam syair ini dapat kita simpulkan Umrul Qais begitu romantis, yang senantiasa ingin selalu berada bersama kekasihnya. cara seperti itulah yang amat digemari penyair Arab untuk membuka kasidahnya untuk menarik perhatian orang.


Selain itu, penyair ini juga mensifati kecantikan kekasihnya, Unaizah, seperti dalam bait puisi di bawah ini:


فلمّا اجزنا ساحة الحىّ وانتحى ¤ بنا بطن خبت ذى حقاف عقنقل
هصرت بفودى رأسها فتمايلت ¤ على هضيم الكشح ريّا المخلخل
مهفهفة بيضاء غير مفاضة ¤ ترائبها مصقولة كالسّجنجل
وجيد كجيد الرئم ليس بفاحش ¤ اذا هي نصته ولا بمتعطل
وفرع يزين المتن اسود فاحم ¤ انيث كقنو النخلة المتعثكل


"Ketika kami berdua telah melewati perkampungan, dan sampai di tempat yang aman dari intaian orang kampung"


"Maka kutarik dirinya sehingga ia dapat merapat kepadaku, perutnya ramping dan dadanya putih bagaikan kaca".


"Lehernya jenjang bak leher kijangi, jika dipanjangkan tidak bercacat sedikit pun, karena lehernya dipenuhi kalung permata". 


"Rambutnya yang panjang dan hitam bila terurai di bahunya bagaikan mayang korma".
Pada bait puisi di atas Umru' al-Qais menggambarkan kecantikan kekasihnya dengan mengumpamakannya seperti seekor kijang yang panjang lehernya, karena seorang wanita yang panjang lehernya, menandakan sebagai seorang wanita yang cantik. Dengan gayanya yang khas tersebut dan gambaran yang seindah itu tidak dapat terlukiskan, kecuali bagi orang yang mempunyai daya khayal yang tinggi, ditambah dengan pengalaman yang luas, sehingga dengan itu semua ia dapat melukiskan sesuatu dengan berbagai macam perumpamaan dan sepertinya benar-benar terjadi.


Orang yang mempelajari puisi karya Umru' al-Qais dengan mendalam, maka akan ditemukan bahwa keindahan penyair ini terletak pada caranya yang halus dalam puisi ghazal-nya. Ditambah dengan gaya isti'arah (kata-kata kiasan dan perumpamaan). Sehingga banyak yang beranggapan bahwa ialah orang pertama yang menciptakan perumpamaan dalam puisi Arab. Walaupun pemakaian kata-kata kiasan, pengibaran dengan alam, dan simbolisasinya, tidak hanya didominasi oleh puisi-puisi Umru' al-Qais, tetapi dilakukan juga oleh para penyair lain. Akan tetapi, para ahli puisi Arab, berpendapat bahwa ialah orang yang pertama kali menciptakan puisi-puisi kontoversial pada zamannya, dan tidak jarang kata-kata yang bernada sinisme juga dipakai oleh Umu al-Qais dalam puisi-puisinya.


Terkadang ia juga berkata vulgar yang mengarah ke pornografi dalam ungkapan-ungkapan komparasi dan pembicaraannya mengenai wanita. Tercium pula aroma kecerdasan dan kepiawaiannya, serta tersirat pula indikasi-indikasi kepemimpinannya. Hal itu diantaranya terdapat dalam kata-katanya di bawah ini:


فظل العذرى يرتمين بلحمها ¤ وشحم كهداب الدمقس المفتل
وظل طهاة اللحم من بين منضج ¤ صفيف شواء أو قدير معجل


"Gadis-gadis itu terus melahap dagingnya dan lemaknya bagaikan kain sutra putih"
"Mereka terus memasak daging antara yang matang dengan dipanggang, dan ada yang direbus setengah matang"


Contoh lain yang menunjukkan kemahiran penyair ini dalam menggambarkan suatu kejadian dengan gayanya yang khas sehingga bayangan yang ada benar-benar terjadi. Seperti kesusahan yang dialaminya pada malam hari, seperti dibawah ini:


وليل كموج البحر مرخ سدوله ¤ عليّ بأنواع الهموم ليبتلى
فقلت له لمـّا تمطّى بصلبه ¤ واردف اعجازا وناء بكلكل
الا ايّها اللّيل الطويل الا انجلى ¤ بصبح وما الإصباح منك بأمثل


"Di kala gelap malam bagaikan badai laut yang tengah meliputiku dengan berbagai macam keresahan untuk mengujiku (kesabaranku)".


"Di kala malam itu tengah memanjangkan waktunya, maka aku katakan padanya".


"Hai malam yang panjang, gerangan apakah yang menghalangimu untuk berganti dengan pagi hari? Ya walaupun pagi itu pun belum tentu akan sebaik kamu". 


Pada bait-bait puisi di atas, sebenarnya penyair ini ingin mengutarakan betapa malang nasibnya. Di mana keresahan hatinya akan bertambah susah bila malam hari tiba. Karena saat itu ia merasa seolah-olah malam itu sangat panjang sekali. Sehingga ia mengharapakan waktu pagi segera tiba, agar keresahannya dapat berkurang, namun sayang sekali keresahannya itu tidak juga berkurang walaupun pagi hari telah tiba. Puisi di atas, tidak lain merupakan contoh dari kepandaian Umru' al-Qais dalam menggambarkan suatu keadaan. Sehingga seolah-olah itu benar-benar terjadi.


Bait puisinya terkumpul semuanya dalam kasidah mu'allaqat-nya. Mu'allaqat Umru' al-Qais sangat terkenal dikalangan setiap orang yang mempelajari kesusastraan Arab. Penyair ini menciptakan kasidah muallaqadnya tidak lain adalah untuk mengabadikan suatu kejadian yang dialaminya. Seperti kejadian yang dialaminya besama sang kekasih Unaizah.


Pada suatu ketika Umru' al-Qais ingin bertemu kekasihnya, namun keinginannya itu selalu dihalangi oleh pamannya, karena ia takut anak puterinya itu akan terbujuk dengan puisi Umru' al-Qais. Karena itulah, Umru' al-Qais berusaha dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan kesempatan agar dapat bertemu dengan anak pamannya yang bernama Unaizah. Dan pada suatu ketika, ia berhasil bertemu dengan Unaizah dan bersepakat bertemu dalam kesempatan lain bila anggota kabilahnya sedang pergi mengambil air. Dan telah menjadi kebiasaan kabilah itu, bila hendak mengambil air kaum lelaki berjalan terlebih dahulu, kemudian barulah diikuti kaum wanita dari belakang.


Sewaktu kaum lelaki pergi ke mata air, Umru' al-Qais tidak keluar bersama mereka, bahkan penyair ini menunggu keberangkatan kaum wanita. Dan ketika kaum wanita keluar menuju mata air, maka Umru' al-Qais keluar mendahului mereka agar dapat sampai lebih dahulu. Sesampainya di mata air yang bernama Juljul yang terletak di daerah Kindah (Nejed), penyair ini langsung bersembunyi di balik batu yang tidak terlalu jauh dari tempat itu.


Ketika rombongan wanita yang di dalamnya terdapat kekasihnya tiba di mata air Juljul, maka mereka langsung menanggalkan pakaiannya masing-masing, dan meletakkannya di atas batu. Setelah mereka masuk ke dalam air, maka Umru' al-Qais yang tengah asyik memperhatikan dari balik batu, langsung mengambil pakaian mereka semua, dan berjanji tidak mengembalikannya kecuali bila mereka keluar dari mata air itu dengan keadaan telanjang bulat. Melihat kejadian itu, semua kaum wanita terkejut dan meminta Umru' al-Qais untuk mengembalikan pakaian mereka. Namun Umru' al-Qais tetap bersikeras tidak mengembalikan pakaian mereka bila mereka tidak mau keluar dalam keadaan telanjang bulat. 


Akhirnya, dengan keadaan terpaksa kaum wanita itu keluar dari mata air Juljul dalam keadaan telanjang bulat untuk mengambil pakaian mereka dari tangan Umru' al-Qais, tetapi hanya Unaizah yang tidak mau keluar dari mata air, dan ia meminta Umru' al-Qais untuk mengembalikan pakaiannya. Setelah ia mengetahui bahwa Umru' al-Qais tidak akan mengembalikan pakaiannya, maka dengan terpaksa Unaizah keluar dari mata air dengan keadaan telanjang dan meminta Umru' al-Qais untuk mengembalikan pakaiannya. Dan kemenangannya itu, diabadikannya dalam kasidah mu'allaqat-nya.




2.2 Tharfah ibn ‘Abd


أرى الموتً يعتام الكرام ويصطفي ¤ عقيلة مال الفاحش المتشدِّد
أرى العيش كنزاً ناقصاً كل ليلةٍ ¤ وما تَنقُصِ الأيّامُ والدّهرُ يَنفَدِ
لعمرُكَ إنَّ الموتَ ما أخطأ الفتى ¤ لَكالطِّوَلِ المُرخى وثِنياهُ باليَدِ


Aku melihat maut memilih orang-orang terhormat dan memilih orang-orang yang mulia yang hartanya di dapat dengan melakukan tindakan keji


Aku melihat hidup ini adalah tabungan simpanan yang selalu berkurang setiap malam, dan apa-apa yang berkurang karena masa dan hari-hari pasti akan binasa


Demi tuhan pemberi nyawa sesungguhnya kematian tidak akan pernah luput dalam mencabut nyawa, sungguh dia bagaikan tali pengikat binatang yang salah satu ujungnya di genggaman tangan. 




2.3 Zuhair Bin Abi Sulma


Keistimewaan karyanya terletak pada kekuatan bahasa dan susunan kata-katanya, banyak terdapat kata-kata asing (sulit) dalam puisinya, dia berupaya untuk mencari hakekat makna asli untuk mengeluarkannya pada konkrisitas materi yang sebenarnya. Dengan kekuatan akal dan wawasannya dalam penggambaran-penggambaran dan imajinasinya. Pada umumnya, apa yang diungkapkannya tidaklah jauh dari hakekat realitas yang konkret. Zuhair juga termasuk penyair masa Jahiliyyah yang terkenal dalam pengungkapan kata-kata hikmah dan pribahasa. Dalam kehidupannya ia terkenal dengan konsistensi dan kecerdasannya. Pendapatnya sesuai dengan kehidupannya. Posisi kesusastraannya, menurut kebanyakan para kritikus sastra Arab, dibangun atas hikmah dan kata-kata bijak yang dikenal pada masanya (Karum al-Bustani, 1953:6).


وأعلم ما فى اليوم والأمس قبله ¤ ولكنى عن علم ما فى غد عم
ومن يجعل المعروف من دون عرضه ¤ يفره ومن لا يتق الشتم يشتم
ومن يك ذا فضل فيـبخل بفضله ¤ على قومه يستغن عنه ويذمم
ومن يوف لايذمم ومن يهد قلبه ¤ إلى مطمئن البر لا يتجمجم
رأيت المنايا خبط عشواء من تصب ¤ تمته ومن تخطئ يعمّر فيهرم
ومن هاب اسباب المنايا ينلنه ¤ وإن يرق اسباب السماء بسلّم
ومن يجعل المعروف فى غير أهله ¤ يكن حمده ذماّ عليه ويندم


"Aku dapat mengetahui segala yang terjadi pada hari ini dan kemarin, tetapi aku tetap tidak akan tahu apa yang akan terjadi esok hari"


"Barang siapa berbuat kebaikan dari kedalaman harga dirinya, ia akan terpelihara, dan barang siapa yang tidak melindungi diri dari cercaan, ia akan dicerca" 


"Barang siapa memiliki kelebihan harta, lalu ia bakhil (pelit) dengan hartanya itu terhadap kaumnya, maka ia tidak akan berguna dan akan dicerca"


"Barang siapa memenuhi kewajibannya, ia tidak akan dicerca, barang siapa hatinya mendapat petunjuk menuju ketentraman dalam berbuat kebaikan, maka ia tidak akan terguncang oleh ketegangan"


"Aku lihat maut itu datang tanpa permisi terlebih dahulu, barang siapa yang didatangi pasti akan mati, dan barang siapa yang luput dia akan mengalami lanjut usia". 


"Barang siapa yang takut mati, pasti ia akan bertemu juga dengan kematian itu, walaupun ia naik ke langit dengan tangga"


"Barang siapa yang menolong orang yang tidak berhak untuk ditolong, maka ia akan menerima resikonya dan akan menjadikan penyesalan baginya".


Pada syair diatas banyak mengungkapkan amtsal (pribahasa) dan kata-kata hikmah, sehingga penyair ini dianggap sebagai orang yang pertama dalam menciptakan kata-kata hikmah dalam puisi Arab. Selain itu syair diatas memiliki keistimewaan lain yaitu sebagai berikut:


1. Ijaz-nya bagus dan suka membuang tambahan pembicaraan serta kata-kata yang kurang dipelukan, sehingga ia menciptakan sedikit kata banyak makna.
2. Madah-nya bagus dan menjauhi kedustaan di dalamnya. Dia tidak memuji seseorang melainkan karena akhlaknya dan sifat-sifat terpuji yang diketahuinya.
3. Puisinya sedikit sekali mengandung kata-kata yang buruk. Oleh karena itu, puisi-puisinya bersih dan sedikit sekali adanya cercaan di dalamnya.


Adapun syair lain dalam muallakad Zuhair dibawah ini:


فاقسمت بالبيت الذى طاف حوله ¤ رجال بنوه من قريش وجرهم
يمينا لنعم السيّـــدان وجـدتما ¤ على كل حال من سحيل ومبرم
تداركتما عبسا وذبيان بعدمــا ¤ تفانوا ودقوا بينهم عطر منشم
وقد قلتما إن ندرك السلم واسعا ¤ بمال ومعروف من القول نسلم
فاصبحتما منها على خير موطن ¤ بعيدين فيها من عقوق ومأثـم
عظيمين فى عليا معدّ هديتمـا ¤ ومن يستبح كنـزا من المجد يعظم


"Aku bersumpah dengan Ka'bah yang ditawafi oleh anak cucu Quraisy dan Jurhum".


Aku bersumpah, bahwa kedua orang (yang telah menginfakkan uangnya untuk perdamaian itu) adalah benar-benar pemuka yang mulia, baik bagi orang yang lemah, maupun bagi orang yang perkasa".


"Sesungguhnya mereka berdua telah dapat kesempatan untuk menghentikan pertumpahan darah antara bani Absin dan Dhubyan, setelah saling berperang diantara mereka".
"Sesungguhnya mereka bedua telah berkata: "Jika mungkin perdamaian itu dapat diperoleh dengan uang banyak dan perkataan yang baik, maka kami pun juga bersedia untuk berdamai".


"Sehingga dalam hal ini kamu berdua adalah termasuk orang yang paling mulia, yang dapat menjauhkan kedua suku itu dari permusuhan dan kemusnahan".
"Kamu berdua telah berhasil mendapatkan perdamaian, walaupun kamu berdua dari keluarga yang mulia, semoga kalian berdua mendapatkan hidayah, dan barang siapa yang mengorbankan kehormatannya pasti dia akan mulia"


Pada bait ini menjelaskan kehidupan zuhair dalam masa terjadinya peperangan yang berlarut-larut selama 40 tahun antara kabilah Abbas dan Bani Dzubyan, yang terkenal dengan peperangan Dahis dan Gabra'. Dalam peristiwa perang ini, ia pun turut ambil bagian dalam usaha mendamaikan dua suku yang sedang berperang tersebut. Dalam usaha perdamaian itu, ia mengajurkan kepada para pemuka bangsa Arab untuk mengumpulkan dana guna membeli tiga ribu ekor unta untuk membayar tebusan yang dituntut oleh salah satu dari kedua suku yang sedang berperang itu. adapun yang sanggup menanggung keuangan itu adalah dua orang pemuka bangsa Arab yang bernama Haram bin Sinan dan Harits bin Auf. Sehingga berkat usaha kedua orang ini, peperangan yang telah terjadi selama 40 tahun dapat dihentikan. Untuk mengingat kejadian yang amat penting itu, Zuhair mengabadikan dalam salah satu puisi muallaqat-nya, Dari beberapa yang kami sebutkan di atas diketahui ketinggian budi penyair dan keikhlasan terhadap kepentingan bangsanya sendiri, sehingga ia disenangi penyair lain. bait syair di atas terdapat kata hikam bahwa barang siapa yang mengorbankan kehormatannya pasti akan mulia.


Penyair ini memang tidak sempat merasakan masa ketika diutusannya Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi, penyair ini sudah percaya akan datangnya hari Kiamat dan hari pembalasan. Seperti terlihat pada bait puisinya dalam muallakad dibawah ini:


فلا تكتمنّ الله ما فى نفوسكم ¤ ليخفى ومهما يكتم الله يعلم
يؤخر فيوضع فى كتاب فيدخر ¤ ليوم الحساب أو يعجل فينقم


"Janganlah sekali-kali kalian menyembunyikan kepada Allah (penghianatan dan pelanggaran atas sumpah kalian) dalam hati kalian dengan tujuan untuk menyembunyikannya, tetapi ingatlah!! Walau kalaian sembunyikan, Allah maha mengetahui".


"Ditangguhkan, lalu dicatat dalam buku amal dan disimpan untuk kemudian diungkapkan di hari perhitungan, atau disegerakan pembalasannya dalam kehidupan dunia ini".
Jika benar bait-bait puisi di atas dinisbatkan kepada Zuhair bin Abi Sulma, maka hal itu dapat dijadikan petunjuk bahwa dia termasuk salah seoorang penyair masa Jahiliyyah yang mempunyai kepercayaan yang hanief (lurus), dan kepercayaan keberhalaannya diragukan. Bahkan ada yang berpendapat bahwa dia termasuk golongan orang-orang yang mengharamkan khamr (arak atau minuman keras), mabuk, dan mengundi nasib dengan panah (Syauqi Dhoif, 1960:303). Zuhair berumur panjang dan meninggal sekitar setahun sebelum Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi Rasul.




2.4 Lubaid bin Rabiah


إنّا إذا التقتِ المجَامِعُ لم يَزَلْ ¤ منّا لِزَازُ عظيمة ٍ جَشّامُها
وَمُقَسِّمٌ يُعْطِي العشيرة َ حَقَّهَا ¤ وَمُغَذْمِرٌ لحقوقِها هَضَّامُها
فضلاً، وذو كرمٍ يعينُ على النَّدى ¤ سمحٌ كسُوبُ رغائبٍ غنّامُها 
مِنْ معشرٍ سنَّتْ لهمْ آباؤهُمْ ¤ ولكلِّ قومٍ سُنَّة ٌ وإمامُهَا
لا يَطبَعونَ وَلا يَبورُ فَعالُهُم ¤ إِذ لا يَميلُ مَعَ الهَوى أَحلامُها
فاقْنَعْ بما قَسَمَ المليكُ ¤ فإنّمَا قسمَ الخلائقَ بينَنا علاَّمُها
وإذا الأمانة ُ قُسِّمَتْ في مَعْشَرٍ ¤ أوْفَى بأوْفَرِ حَظِّنَا قَسّامُهَا
فبنى لنا بيتاً رفيعاً سمكُهُ ¤ فَسَما إليه كَهْلُهَا وَغُلامُها
وَهُمُ السُّعَاة ُ إذا العشيرة ُ أُفْظِعَتْ ¤ وهمُ فوارِسُهَا وَهمْ حُكّامُها
وهمُ رَبيعٌ للمُجَاورِ فيهمُ ¤ والمرملاتِ إذا تطاولَ عَامُها
وَهُمُ العَشيرة ُ أنْ يُبَطِّىء َ حاسدٌ ¤ أو أن يميلَ معَ العدوِّ لئامُها


“Bila beberapa kabilah sedang berkumpul, maka kaumku akan menandingi mereka dalam berdebat ataupun bertanding.


Kaumku pembagi adil yang memberikan hak keluarganya, dan kaumku sangat murah kepada orang yang merampas hak keluarganya.


Kaumku menolong dengan sukarela, karena mereka suka menolong, suka memaafkan, suka pada suatu kemuliaan.


Kaumku berasal dari keturunan yang suka pada kemuliaan, dan bagi setiap kaum pasti mempunyai adat dan pemimpin tersendiri.


Kaumku tidak pernah merusak kehormatannya dan tak suka mengotori budi pekertinya, karena mereka tidak senang condong pada hawa nafsu.


Bila keluarganya sedang tertimpa musibah, mereka akan membantu, merekalah pahlawan bila keluarga sedang terserang dan mereka yang akan menundukkan musuh.
Kaumku adalah penolong bagi orang yang minta pertolongan dan pembantu bagi janda yang tertimpa kemalangan.”
(Syahrul Muallaqad halaman 137-139)


Para ahli sastra Arab menggolongkannya syairnya dalam kelas tinggi dari segi kesopanan dan lebih condong kepada ketuhanan. Banyak menunjukkan pada sifat mulia dan kemauan keras demi untuk mencapai martabat tinggi. Yang paling menonjol sekali dari syairnya, dia tidak pernah mengejek siapapun dan tidak pernah merendah diri kepada orang besar, karena penyair ini tidakmenjadikan syairnya sebagai modal pencari kedudukan ataupun harta seperti yang dilakukan oleh penyair lainnya. Bahkan penyair ini selalu membanggakan kaumnya yang selalu berusaha untuk mendapatkan kemuliaan dalam menolong orang lemah dan sebagainya.




2.5 Amr bin Kaltsum


وَقَـدْ عَلِمَ القَبَـائِلُ مِنْ مَعَـدٍّ ¤ إِذَا قُبَـبٌ بِأَبطَحِـهَا بُنِيْنَــا
بِأَنَّـا المُطْعِمُـوْنَ إِذَا قَدَرْنَــا ¤ وَأَنَّـا المُهْلِكُـوْنَ إِذَا ابْتُلِيْنَــا
وَأَنَّـا المَانِعُـوْنَ لِمَـا أَرَدْنَـا ¤ وَأَنَّـا النَّـازِلُوْنَ بِحَيْثُ شِيْنَـا
وَأَنَّـا التَـارِكُوْنَ إِذَا سَخِطْنَـا ¤ وَأَنَّـا الآخِـذُوْنَ إِذَا رَضِيْنَـا
وَأَنَّـا العَاصِمُـوْنَ إِذَا أُطِعْنَـا ¤ وَأَنَّـا العَازِمُـوْنَ إِذَا عُصِيْنَـا
وَنَشْرَبُ إِنْ وَرَدْنَا المَاءَ صَفْـواً ¤ وَيَشْـرَبُ غَيْرُنَا كَدِراً وَطِيْنَـا
أَلاَ أَبْلِـغْ بَنِي الطَّمَّـاحِ عَنَّـا ¤ وَدُعْمِيَّـا فَكَيْفَ وَجَدْتُمُوْنَـا
إِذَا مَا المَلْكُ سَامَ النَّاسَ خَسْفـاً ¤ أَبَيْنَـا أَنْ نُقِـرَّ الـذُّلَّ فِيْنَـا
مَـلأْنَا البَـرَّ حَتَّى ضَاقَ عَنَّـا ¤ وَظَهرَ البَحْـرِ نَمْلَـؤُهُ سَفِيْنَـا
إِذَا بَلَـغَ الفِطَـامَ لَنَا صَبِـيٌّ ¤ تَخِـرُّ لَهُ الجَبَـابِرُ سَاجِديْنَـا


Kabilah-kabilah telah mengetahui siapa yang berbahagia


Jika berkemah di dataran luas kamipun membangun perkemahan


Bahwa kami adalah orang-orang yang bisa makan


Bila kami mampu mendapatkan makanan


Dan kami adalah orang yang porak-poranda


Bila kami tak henti diancam bencana


Kami adalah orang-orang yang mampu menahan diri


Tidak sembarangan menggapai apa yang kami kehendaki


Dan kami adalah orang-orang yang ditinggal, dimana kami suka


Kami adalah orang-orang yang meninggalkan sesuatu bila kami tidak suka


Dan kami adalah orang-orang yang mengambil bila kami memang suka


Kami akan minum kalau ada air yang segar


Sedangkan orang lain selain kami meminum air yang kotor dan lumpur


Ketika raja mengungguli manusia dengan perbuatan rendah dihinakan


Kami menolak dan tidak mau berbuat hina


Milik kami adalah dunia Dan kami terkuasa atasnya


Kami menindas ketika mau menindas 


Orang-orang dzalim berbuat kedzaliman sedangkan kami tidak mau di dzalimi


Tetapi kami akan mulai melawan orang-orang yang mendzalimi kami 


Dunia sesak dengan kebaikan kami, 


Kami adalah lautan dan kami memenuhinya dengan perahu-perahu kami


Apabila bayi kami telah selesai umur menyusui


Para penguasa dan diktator akan jatuh tersungkur dan bersujud kepadanya
(Al-Iskandary, 1978:77)




Puisi ini menjelaskan ketika Banyak peperangan yang terjadi dan menimpa Kabilah Taghlib adalah perselisihannya dengan kabilah yang masih tergolong saudara dengan kabilah Taghlib yaitu dengan kabilah Bakr ibn Wail. Peperangan kedua kabilah bersaudara ini sangat terkenal dikalangan masyarakat Arab jahiliyah dengan sebutan perang Basus. Dan Puisi ini menjelaskan tentang Kebanggaan diri kaumnya, yang selalu bertahan, dan selalu berbuat Baik tidak pernah mendzolimi orang lain.




2.6 Antarah Ibn Syaddad Al-Absy


Pada mulanya penyair ini tidak terkenal sebagai penyair ulung, tetapi untungnya sejak muda penyair ini telah menyimpan bakat untuk berpuisi. Dan bakat inilah yang mendorong untuk meningkatkan prestasinya dalam berpuisi. Kebanyakan puisinya dikumpulkan dalam mu'allaqadnya yang sangat panjang. Puisinya dikenal bertemakan Al-Hamaasah atau semangat yakni untuk membangkitkan semangat ketika ada suatu peristiwa semacam perang atau membangun sesuatu.


Adapun beberapa bait syair Antarah dibawah ini:


هلاّ سألت الخيل ياابنة ملك ¤ إن كنت جاهلة بما لم تعلمى
إذ لا أزال على رحالة سابح ¤ نهد تعاوره الكماة مكلّم
طورا يجرّد للطّعان وتارة ¤ يأوى إلى حصد القسىّ عرمرم
يخبرك من شهد الوقيعة أنّنى ¤ اغشى الوغى واعفّ عند المغنم
ومدجّج كره الكماة نزاله ¤ لا ممعن هربا ولا مستسلم
جادت له كفّى بعاجل طعنة ¤ بمثقّف صدق الكعوب مقوّم
فشككت بالرّمح الأصمّ ثيابه ¤ ليس الكريم على القنا بمحرّم
فتركته جزر السّباع ينشنه ¤ يقضمن حسن بنائه والمعصم


"Wahai puteri Malik, tidakkah engkau tanyakan kepada ksatria itu tentang diriku di medan peperangan, jika engkau tidak tahu?"


"Tidakkah engkau tanyakan kepada ksatria itu tentang diriku ketika aku sedang berada di atas kuda yang dilukai oleh musuh?"


"Ada kalanya aku bawa kuda itu untuk menyerang musuh, namun adakalanya aku membawa kudaku untuk bergabung dengan pasukan yang banyak"


"Jika kamu bertanya tentang diriku pada orang yang hadir dalam peperangan itu, maka mereka akan memberitahukan kepadamu bahwa aku adalah orang yang selalu maju (berada di depan) dalam setiap peperangan dan aku orang yang tidak tamak dalam pembagian rampasan perang"


"Adakalanya ada ksatria yang berani dan sangat ditakuti oleh musuhnya dan tidak mau menyerah"


"Namun tanganku buru-buru menerkamnya dengan tusukan tombak yang kuat"


"Dan ketika ksatria itu aku tusuk dengan tombak yang keras, yang dapat menembus baju jirahnya. Dan orang bangsawan pun tidak mustahil untuk terbunuh"


"Setelah ksatria itu terbunuh, maka aku tinggalkan begitu saja agar menjadi santapan binatang buas yang akan menghancurkan jari tangan dan lengannya yang bagus itu"


Pada bait syair ini Antarah mengisahkan kegagahannya dalam berperang, semangat dalam berperang yang luar biasa dan tidak pantang menyerah. Gambaran bait dalam syair diatas yang berwarna kuning, bahwa antarah sesosok ksatria yang begitu kejam terhadap musuhnya, ia tidak akan membiarkan musuhnya dalam keadaan hidup, kekejamannya membuat ia sangat ditakuti musuhnya.


Para ahli sastra Arab menggolongkan puisi Antarah ke dalam kelas tertinggi dalam menggambarkan dan mensifati segala kejadian yang dialaminya. Dalam salah satu bait puisinya, penyair ini menerangkan kepada kekasihnya bahwa ia adalah seorang yang baik bila ia tidak diganggu dan dirampas miliknya. Akan tetapi, jika ia diganggu, maka ia akan membalas perbuatan orang itu dengan kekerasan yang dapat dijadikan pelajaran selama hidup orang yang menggangunya. Seperti contoh di bawah ini:


اثنى عليّ بما علمت فإننى ¤ سمح مخالفتى اذا لم اظلم
واذا أظلمت فإنى ظلمى باسل ¤ مرّ مذاقته كطعم العلقم


"Pujilah aku (wahai kekasihku) dari apa yang kamu ketahui dari kelakuan baikku. Sesungguhnya aku adalah seorang yang lemah lembut bila tidak dizalimi oleh siapa pun"


"Namun, jika aku dizalimi oleh seseorang, maka aku akan membalasnya dengan balasan yang lebih keras dari kezalimannya"




2.7 Haris bin Hilza


وَأَتانا عَن الحوادث والأَنبا ¤ ءٌ وَخَطبٌ نُعنى بِهِ وَنُساءُ
إِنَّ إخْوَانَنَا الأرَاقِمَ يَغلُو ¤ نَ علينــا في قيلهــمْ إحفاءُ 
يخلطونَ البريءَ منّـا بذي الذَّنـ ¤ ب وَلاَ يَنْفَعُ الخَلِيَّ الخَلاءُ
زَعَمُوا أَنَّ كُلَّ مَن ضَرَبَ العَي ¤ رَ مَوالٍ لَنا وَأَنّا الوَلاءُ
أَجمَعوا أَمرَهُم بِلَيلٍ فَلَمّا ¤ أَصبَحُوا أَصبَحَت لَهُم ضَوضاءُ
منْ منـادٍ ومنْ مجيبٍ ومِنْ تصـ ¤ ـهَالِ خَيْلٍ خِلاَلَ ذَاكَ رُغاءُ
أيُّــها الناطقُ المرقِّـشُ عنّـا ¤ عِنْدَ عَمْرو وَهَلْ لِذَاكَ بَقَاءُ


Dan telah datang kepada kami berita dan kejadian yang tidak baik
Saudara-saudara kami adalah kabilah” Arraqim” telah melanggar batas dan berkata yang tidak benar tentang kami, 


Mencampur orang-orang yang tidak bersalah dengan orang-orang yang berbuat dosa, tidak berguna, orang yang tidak melakukan dosa


Mereka menyangka bahwa setiap orang yang memukul himar adalah Maula kami, Mereka bersepakat pada malam hari untuk menyerang kami dan ketika datang waktu pagi mereka sudah ribut


Siapa yang menyuruh dan menjawab seruan, 


Kuda-kuda dan ontapun Saling bersautan


Wahai orang yang berbicara tentang kita dengan penuh kebohongan didepan Raja Amru.
Apakah kebohongan itu akan bisa abadi?
(Lajnah, 1962: 87)


Al-Haris ibn Al-Yasykari bil Bakri, diriwayatkan Bahwa Amru ibn Hindi Raja Hirah ingin menjadi mediator perdamaian antara kabilah bakr taghlib setelah terjadi perang al-Basus. Kemudian raja mengambil jaminan sandra dari kedua kabilah tersebut. Pada suatu hari terjadi peristiwa raja memberi izin sandra dari kabilah kabilah taghlib untuk keperluan mereka, ketika ada rombongan datang suku taghlib menyangka mereka adalah kelompok bakar yang akan mencari air kemudian dikepung sampai mati kehausan. Kabilah bakar menyangka mereka diberi minum kemudian ditunjukan jalan yang menyesatkan sampai meninggal. Kedua kabilah kemudian mempermasalahkan tersebut diraja Amru, kemudian hal ini membuat al Haris prihatin sedangkan dia dalam majlis tersebut berada dibalik tabir karena Haris terkena penyakit Kusta, kemudian ia menyandingkan Qasidah puisi tersebut yang membanggakan kaumnya, tentang kejujuran dan kebaikan kaumnya. Maka dari itu puisinya bertemakan maddah, memuji. Kemudian situasi berubah raja kemudian berbalik pada kabilah bakar dan mengangkat Haris sebagai penasehatnya.

No comments: