Thursday, August 6, 2009

Bai’at Antara yang Sunnah dan yang Bid’ah (bag. 2)


كذلك, هذه البيعة كان لها أثرها الكبير في الفتنة حتى بين أهل هذه البيعة الواحدة. فينشأ عند رجل فكرة فلا يجد من يشفي غليله فيها و يطالب بالسكوت و يقال له من اعترض انطرد  ويهدد: أنت أفضل من فلان و أعلم و يفعل غير ذلك. فتبقي الفكرة تختمر في ذهنه و في قلبه و تطور يوما بعد يوم ولا يجد من ينفعه و يفيده. فإما أن يفجر مشكلة مع هؤلاء و إما يسحب بكلية و يترك هؤلاء و ؤلاء. أما هؤلاء لأنه عرف ما عندهم و أما هؤلاء لإنه قد حذر منهم و اقتنع بأنهم لا يقترب منهم من قريب و لا من بعيد. الأمر الذي يؤدي في النهاية ربما إلى الانتكاسة


Dampak buruk yang keempat, bai’at semacam ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi timbulnya berbagai problem bahkan di antara sesama anggota dalam satu kelompok. Ada salah satu anggota yang memiliki suatu pemikiran (boleh jadi bersifat kritikan, pent) namun dia tidak menjumpai orang yang bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Bahkan dia diharuskan untuk diam dan mendapatkan ancaman, “Siapa yang ngeyel pasti akan didepak.” Dia juga ditakut-takuti, “Apakah kamu ini lebih baik dan lebih pintar dari pada A.” (pada kenyataannya si A tidak pernah mempermasalahkannya, pent). Dia juga mendapat perlakuan yang lain.

Akhirnya pemikiran tersebut hanya tersimpan dalam benaknya dan terus berkembang seiring berjalannya waktu karena tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan. Sehingga dia dihadapkan pada dua pilihan antara membuat masalah dengan kelompoknya sendiri atau menarik diri dari dunia dakwah secara total tidak lagi bersama kelompoknya namun juga tidak bersama yang lain.

Tidak lagi bersama kelompoknya karena dia telah mengetahui borok kelompoknya. Tidak juga bersama yang lain karena dia telah diingatkan oleh kelompoknya tentang borok yang ada pada kelompok di luar kelompoknya yang dulu. Dia juga sudah yakin tentang tidak bolehnya mendekati kelompok-kelompok yang lain. Hal ini boleh jadi menyebabkan dirinya menjadi berbalik (menjadi orang awam lagi, pent).

هذه البيعة أصبحت حجرا أطرا و حائلا بين الناس و بين كثير من وجوه الخير. كيف يقال بعد هذا أنها كبيعة الرسول و الصحابة, كبيعة الرسول- لما قال بايعوني على كذا و كذا. فرق كبير ينبغي أن يوضع الاستدلال في موضعه

Nyata sudah, bahwa bai’at-bai’at semacam ini menjadi batu penghambat dan tirai yang menghalangi banyak orang untuk mendapatkan berbagai kebaikan. Setelah penjelasan di atas, bagaimana mungkin kita katakan bahwa baiat semacam ini semisal dengan bai’at Rasul dengan para shahabat, sebagaimana bai’at Rasul tatkala berkata kepada para shahabat, “Bai’atlah aku untuk demikian dan demikian.” Terdapat perbedaan yang sangat di antara dua baiat ini. Sepatutnya kita letakkan dalil pada tempatnya yang tepat.

عندما يقال إن النبي-عليه الصلاة و السلام-قد شرع الإمارة في الاجتماع القليل الطارئ في السفر فمن باب الأولي أن يكون ذلك في الاجتماع العظيم المستقر نقول:نعم, لكن في موضعه و في بابه. في السفر نعم. أما إذا كنا مستقرين فلماذا؟ إذا كنا مستقرين فالناس يرجعون إلى والي أمرهم. هناك والي الأمر. الناس يسمعون و يطيعون. فإذا خرجنا في فلاة من الأرض فيكون لنا أمير يأمرنا و ينهانا فإذا استقررنا في مصر من الأمصار أصبحنا نتبع ما يقوله والي هذه البلدة. فقياسات في غير موضعها و نصوص توضع في غير موضعها

Jika ada yang beralasan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mensyariatkan pengangkatan pemimpin dalam sebuah perkumpulan orang yang jumlahnya sedikit dan berkumpul karena sebuah keperluan yaitu bepergian jauh maka tentu lebih layak lagi adanya pemimpin dalam perkumpulan yang besar dan terus menerus.

Kami katakan, memang namun masalah ini harus kita letakkan pada posisi yang tepat. Mengangkat pemimpin untuk sebuah rombongan orang yang mengadakan perjalanan jauh memang benar. Namun jika sudah tidak lagi bepergian, mengapa masih ada pengangkatan pemimpin? Jika tidak dalam kondisi bepergian, maka yang dijadikan acuan adalah aturan penguasa yang ada. Dalam kondisi ini, ada penguasa. Masyarakat pun mendengar dan taat dengan aturan penguasa. Nah, ketika kita bepergian baru kita memiliki pemimpin sementara yang mengatur kita selama dalam perjalanan. Sedangkan ketika kita berdomisili di suatu tempat maka kita mengikuti peraturan penguasa di daerah itu. Dalil di atas adalah analog yang tidak tepat dan dalil yang dipahami secara tidak tepat.

فأنتم طلبة العلم فقط تأخذون العلم, تستفيدون منه و تـنتفعون بالعلم. لا تشتغلون أنفسكم بالتكتلات. لا تشتغلون أنفسكم بتجمعات ضيقة. فلتكن آفاقكم واسعة. الخير من أي إنسان خذوه. والشر من أي إنسان دعوه. تربوا على علم نافع لتعرفوا على الحق. اعرف الحق تعرف رجاله. لا تعرف الحق بالرجال ولكن اعرف الحق تعرف رجاله. فإذا عرفتم الحق فخذوه من أي جماعات ومن أي طائفة و من أي عالم. و إذا عرفتم الباطل فاحذروا منه من أقرب الناس إليكم فضلا عن البعيد. و تعاونوا على البر و التقوى

Kalian adalah para penuntut ilmu. Kewajiban kalian hanyalah belajar dan mengamalkan ilmu yang telah didapat. Jangan sibukkan diri kalian dengan kelompok-kelompok yang sempit. Hendaklah kalian memiliki cakrawala yang luas.

Ambillah kebaikan dari semua orang dan tinggalkan keburukan dari setiap orang. Didiklah diri kalian sendiri dengan ilmu yang manfaat sehingga kalian mengetahui kebenaran. Kenalilah kebenaran, tentu kalian akan bisa mengetahui para pembelanya. Jangan ukur kebenaran dengan person tertentu. Jika kalian benar-benar mengetahui adanya sebuah kebenaran maka ambillah dari kelompok manapun dan ulama manapun. Jika kalian mengetahui adanya sebuah kebatilan maka jauhilah meski itu dikatakan oleh orang yang kita cintai, terlebih lagi jika selainnya. Hendaknya kalian saling tolong menolong dalam melakukan kebaikan.

في الحقيقة يحصل الإفراط و التفريط. إما البيعة تمسك الناس بهذا التى ذكرت قبل القليل. و إما الفوضى و الفلتة. كل يذهب حيث ولا وجهه. هذا غير صحيح, لا هذا ولا ذاك.
أراد أصحاب البيعة أن يضبط العمل و أن يوجهه توجيحا صحيحا فسلكوا وسيلة خاطئة. و أراد أصحاب الفوضى و الفلتة أن ينكروا هذا التحزب و هذا التكتل فسلكوا وسيلة خاطئة. و هي الفوضى و التفلت. ليس هذا و لا ذاك. لا هذا الطريق صحيح ولا ذاك صحيح

Sebenarnya dalam realita, terdapat sikap berlebih-lebihan dan sikap meremehkan. Ada fenomena bai’at untuk mengikat orang yang baru saja kita bahas. Ada juga kekacauan dan ketidakteraturan. Masing-masing orang berbuat sekehendaknya sendiri. Dua fenomena ini tidaklah benar baik yang pertama maupun yang kedua. Orang yang membuat-buat bai’at ingin meneraturkan kerja dakwah dan mengarahkannya dengan benar namun mereka menempuh jalan yang tidak benar. Sedangkan orang-orang yang memiliki fenomena ‘kekacauan’ sebenarnya ingin mengingkari fenomena kekelompokan namun mereka menempuh jalan yang keliru itulah kekacauan dan ketidakteraturan. Keduanya bukanlah jalan yang benar.

لا بد أن يكون أهل الحق متعاونين على البر و التقوي. لا بد أن يتناصروا. لا بد أن يعين بعضهم بعضا. وهذا لا بد فيه من الاجتماع ولكن يكون الاجتماع على وسيلة شرعية. و هذا هو السنة. ولذلك سموا أهل السنة و الجماعة. ما سموا باسم دون اسم, السنة و الجماعة. السنة في الاجتماع و الاجتماع في السنة. فعندما تتعاونون على البر و التقوي. تتعاونون على العلم و تتناصرون. يجتمع القادة في العمل و كبار الدعوة في المحافظة في المديرية, في الدولة, في العالم. و يتشاورون فيما بينهم, فيما يتعلق بالدعوة إلى غير ذلك. هذا الذي يرضي الله عز و جل

Pembela kebenaran haruslah tolong menolong dalam kebaikan, saling membela dan membantu. Untuk itu, harus ada perkumpulan namun perkumpulan dengan cara yang dibenarkan oleh syari’at. Inilah yang sesuai dengan sunnah. Oleh karena itu, para pembela kebenaran itu disebut ahli sunnah wal jamaah. Mereka tidak memiliki nama yang lain selain sunnah dan jamaah. Sunnah dalam berjamaah dan berjamaah (baca: bersatu) di atas sunnah. Saat kalian bekerja sama untuk melakukan kebaikan dan kalian saling tolong menolong dan saling membela dengan dasar ilmu, para senior dalam dakwah dan perjuangan dalam satu propinsi atau kabupaten atau negara atau dunia bisa berkumpul dan bermusyawarah membicarakan problematika dakwah dan yang lainnya. Inilah amal yang diridhoi oleh Allah.

وهنا السؤال؟ هل يمكن التعاون على البر و التقوي دون المبايعات هذه أو لا يمكن؟ هذا السؤال, يمكن أو لا يمكن؟ الجواب: يمكن. إذا ما نحتاج إليها. لو قيل: لا يمكن التعاون على البر و التقوي الا بها, قلنا: نعم. هي الوسيلة لا بد أن نعمل بها. لكن قد أثبت الواقع امكانية ذلك

Ada pertanyaan, “Apakah mungkin ada tolong menolong dalam kebaikan tanpa bai’at?” Jawabannya adalah mungkin. Jika demikian, kita tidak membutuhkan bai’at-bai’at semacam ini. Seandainya tidak mungkin tolong menolong dalam kebaikan kecuali dengan bai’at tentu akan kita katakan bahwa bai’at adalah sebuah sarana yang harus kita pakai. Akan tetapi realita membuktikan bahwa mungkin saja ada kerja sama dalam kebaikan tanpa bai’at.

الشيخ ابن باز عالم. علمه منتشر في المشارق و المغارب. الشيخ ابن عثيمن كذلك. الشيخ الألباني كذلك. العلماء كثيرون في المشارق و المغارب. انتشر علومهم و انتفع الناس بهم. و تعاونوا فيما بينهم. و تواصلوا فيما بينهم. وكل منهم يكمل الآخر دون بيعة تجمعهم و دون عهد يربطهم. ولكن كل منهم حمل هم الدعوة ثم أدرك أن أخاه في جانب أخر أو في ثغر أخر هو يقوم ببعض ما أوجب الله عليه فحث عليه و رغب الناس في الاستفادة منه. فحصل التعاون و حصل الخير

Syeikh Ibnu Baz adalah seorang ulama yang ilmunya tersebar di seluruh penjuru dunia. Demikian pula, Syeikh Ibnu Utsaimin dan Syeikh Al Albani. Terdapat banyak ulama di seluruh belahan dunia. Ilmu mereka tersebar dan banyak orang yang mendapatkan manfaat dengan keberadaan mereka. Para ulama saling bekerja sama dan saling berhubungan. Sebagian mereka melengkapi apa yang telah dilakukan oleh pihak lain tanpa ada bai’at yang menyatukan mereka dan tanpa ada perjanjian yang mengikat mereka. Masing-masing mereka memikirkan dakwah kemudian memahami bahwa saudaranya menekuni suatu bidang yang dengan itu maka dia telah melakukan sebagian kewajiban yang Allah bebankan kepadanya. Setelah itu, pihak yang lain memotivasi saudaranya tersebut untuk terus melakukan apa yang telah dia lakukan dan dia semangati umat untuk mengambil manfaat dari saudaranya. Dengan ini, ada kerja sama dan terwujudlah banyak kebaikan.

ما يكون التعاون الا بالبيعة المبتدعة و لا يكون التعاون الا بالبيعة المحدثة, هذا غير صحيح. نحن لا نسلم بأنه لا يصح أو لا يمكن اتمام العمل الا بالبيعة. نحن لا نسلم بهذه المقدمة. لو سلمنا بهذه المقدمة لقلنا بوجوبها. نحن لا نسلم بهذه المقدمة و الواقع خير دليل علي ذلك

Tidaklah benar anggapan yang mengatakan bahwa kerja sama dalam kebaikan hanya bisa diwujudkan dengan adanya baiat yang bid’ah dan mengada-ada. Ini adalah anggapan yang tidak benar. Kami tidak menerima asumsi bahwa usaha memperjuangkan Islam hanya bisa terwujud dengan bai’at. Sekali lagi, asumsi ini tidak kami terima. Andai asumsi ini kami terima tentu kita katakan bahwa bai’at semacam ini hukumnya wajib. Asumsi ini kami tolak dan realita adalah bukti paling kuat yang menunjukkan tidak benarnya hal ini.

ولكن صحيح هناك ما عكر و كدرهذا الواقع عندما وجد من بعض السلفيين المخاطر و تضييع للجهود أو بعض الجهود ولكن هذا لم يكن فقط بسبب أنهم ليسوا مبايعين, لم يكن بسبب أنهم تركوا البيعة ولكن هذا للنـزغ عندهم و الطيش. عندهم طيش لا يفقهون. حصل منهم هذا. ولو كانوا مبايعين و عندهم طيش لفعلوا هذا أيضا

Memang beralasan dengan realita ini memang kurang tepat ketika jumpai sejumlah salafi melakukan hal-hal yang bersifat gambling dan membuang-buang energi atau sedikit energi. Namun hal ini terjadi bukan hanya dikarenakan mereka tidak terikat dengan bai’at dan menolak bai’at-bai’at semacam ini. Yang tepat, faktor pokok terjadinya hal tersebut adalah godaan setan sehingga sembrono dalam bertindak. Orang-orang tersebut sembrono dan tidak memahami permasalahan dengan tepat. Inilah yang sebenarnya terjadi. Andai mereka terikat dengan baiat, namun sembrono tersebut masih ada pada diri mereka maka mereka tetap akan melakukan hal tersebut.

لكن من فقه هذا الدين فقها صحيحا يتعاونون على البر و التقوي دون هذه البيعة التي في بلاد الإسلام و التي تفرقوا المسلمين و تشتت جهودهم و تغير صدور بعضهم على بعض. و الحمد لله الذي عافانا من هذا. و نسأل الله أن يتم مسيرتنا جميعا على خير

Siapa saja yang memahami agama ini dengan baik tentu akan bisa bekerja sama dalam kebaikan tanpa ada bai’at semacam ini. Bai’at yang ada di dalam negeri Islam semacam ini hanya memecah belah kaum muslimin dan mencerai beraikan hasil jerih payah mereka serta memancing emosi pihak-pihak tertentu. Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kita dari hal ini. Kita memohon kepada Allah agar Allah menyempurnakan langkah-langkah kita dengan kebaikan.

***

Penulis: Ustadz Aris Munandar (ustadzaris.com)
Artikel www.muslim.or.id

No comments: