Monday, September 21, 2009

Pembagian Tauhid Menurut Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah (4)


TAUHID ASMAA' WA SHIFAT

Tauhid Asmaa’ wa Shifat Allah adalah : Berkeyakinan dengan keyakinan yang pasti tentang nama-nama Allah, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya yang termuat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, tanpa merubah-rubah atau menolak atau menanyakan bagaimana hakekatnya atau menyerupakan dengan makhluk-Nya. Dalil tentang Tauhid Asmaa’ wa Shifaat ini adalah firman Allah subhaanahu wa ta’ala :

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaulhusna (nama-nama yang terbaik)” [QS. Al-Israa’ : 110].

Juga firman-Nya :

هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا

”Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia)?” [QS. Maryam : 65].

Juga firman-Nya :

اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ لَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى

”Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai al asmaul-husna (nama-nama yang baik)” [QS. Thaha : 8].

Juga firman-Nya :

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

”Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” [QS. Asy-Syuuraa : 11].

Ayat-ayat di atas merupakan hujjah yang menyatakan tentang tauhid asma’ wa shifat Allah.

Dalam mengimani nama-nama Allah subhaanahu wa ta’ala ada beberapa kaedah, antara lain :

1. Semua nama Allah adalah terbaik dan berada dalam puncak kebaikan. Karena nama Allah mengandung atau menunjukkan sifat-Nya yang sempurna, tidak ada cacat atau kekurangan dari segi apapun. Seperti Al-Hayyu (الْحَيُّ) ”Yang Maha Hidup”, salah satu dari nama Allah yang mengandung arti bahwa Allah hidup secara mutlak, tidak didahului oleh ketiadaan dan tidak pula berakhir dengan kebinasaan. Dia hidup dengan kesempurnaan-Nya.

2. Nama Allah adalah nama sekaligus sifat bagi-Nya subhaanahu wa ta’ala. (Al-Hayyu, Al-’Aliim, As-Samii’) ”Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Mendengar” ; semua adalah nama untuk Dzat yang satu, yaitu Allah subhaanahu wa ta’ala. Nama-nama tersebut mengandung makna dan sifat yang berbeda-beda, karena makna Al-Hayyu lain dengan makna Al-’Aliim dan lain pula dengan makna As-Samii’. Dan begitu pula nama-nama Allah yang lain. Nama Al-Hayyu mengandung sifat al-hayat (hidup), Al-’Aliim mengandung sifat al-’ilmu (ilmu/mengetahui), As-Samii’ mengandung sifat as-sam’u (mendengar). Dan begitu pula nama-nama Allah yang lain.

3. Nama Allah yang mengandung sifat Muta’addi (sifat yang pengaruhnya mengenai makhluk-Nya), ia mengandung tiga perkara :
a. Penetapan nama tersebut untuk Allah.
b. Penetapan sifat yang terkandung dalam nama tersebut bagi-Nya.
c. Penetapan hukum dan pengaruh-Nya.

Contohnya : As-Samii’ – salah satu nama Allah yang artinya Yang Maha Mendengar. Lafadh tersebut ditetapkan sebagai nama Allah dan ditetapkan pula sebagai sifat Allah. Adapun hukum dan pengaruhnya adalah Dia mendengar apa saja, baik yang tersembunyi ataupun yang tampak pada makhluk-Nya.

Sedangkan jika nama Allah menunjukkan sifat yang Lazim (yang tidak berpengaruh kepada yang lainnya), maka ia menunjukkan dua perkara :
- Penetapa nama bagi-Nya.
- Penetapan sifat yang terkandung dalam nama tersebut untuk-Nya.

Seperti nama Al-Hayyu yang berarti Yang Maha Hidup. Maka lafadh Al-Hayyu ditetapkan sebagai nama Allah dan sekaligus sifat bagi Allah semata.

4. Nama-nama Allah menunjukkan atas Dzat dan sifat-Nya sesuai dengan kandungannya, nama dan sifat itu akan terus ada dan tidak pernah sirna, seperti : Al-Khaaliq, salah satu nama Allah yang artinya Yang Maha Menciptakan – menunjukkan atas Dzat dan sifat Allah yang mengandung makna bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia tetap serta terus-menerus sebagai Sang Pencipta.

5. Nama-nama Allah semuanya harus diambil dari Al-Qur’an atau As-Sunnah. Tidak ada tempat bagi akal untuk menentukannya. Oleh karena itu janganlah menambah atau menguranginya, karena nama-nama Allah adalah merupakan permasalahan ilmu yang ghaib, dan hanya Allah sajalah yang mengetahuinya.

6. Nama-nama Allah tidak terbatas dengan jumlah tertentu sebagaimana diterangkan dalam hadits yang masyhur tentang doa ketika dalam kesedihan :

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ

”(Ya Allah), aku minta dengan (menyebut) segala nama yang Engkau miliki, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan pada kitab-Mu, atau Engkau ajarkan pada seseorang dari makhluk-Mu atau Engkau tentukan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu...” [HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim].

Dalil ini menunjukkan ketidakterbatasan nama Allah. Adapun nama Allah yang disebutkan dalam hadits 99 (sembilan puluh sembilan) nama tidak menunjukkan batas akhir. Hadits yang menunjukkan perincian atau penyebutan nama-nama-Nya yang berjumlah 99 adalah hadits yang lemah (dla'if).

7. Haram bagi seseorang untuk mengingkari, menolak sifat-sfat Allah, atau menyerupakan dengan makhluk-Nya. 

.::bersambung::.

No comments: